Rabu 15 Jan 2025 21:40 WIB

Keajaiban Bismillah

Islam mengajarkan umat agar memulai pekerjaan baik dengan basmalah.

ILUSTRASI Ustaz Derry Sulaiman melukis cepat kaligrafi lafadz Basmalah di Cikeas, Bogor.
Foto: Dok YAK
ILUSTRASI Ustaz Derry Sulaiman melukis cepat kaligrafi lafadz Basmalah di Cikeas, Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan 'bismillah' (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah).”

Bagi Muslim, setiap kegiatan adalah sarana menebar kebajikan. Bukankah Rasulullah SAW mengumpamakan jati diri seorang Muslim itu seperti seekor lebah. Makanan yang dimakan adalah baik dan yang dikeluarkan pun baik. Lebah inggap atau tinggal tidak pernah merusak yang lainnya. Begitulah Muslim yang baik dan benar.

Baca Juga

Namun, kadang kala kebanyakan dari kita tidak sadar memulai segala aktivitas atau kegiatan tanpa mengucapkan kalimat bismillah. Padahal, diterima atau tidak amal perbuatan seseorang bergantung pada kalimat tersebut.

Jika kita runut secara bahasa, maka akan kita dapatkan rahasia dan keajaiban kalimat bismillahirrahmanirrahim. Kata bismillah, misalnya, merupakan tiga rangkaian kata yang mengandung arti yang agung dan mulia, yaitu ba (bi), ism, dan Allah.

Huruf ba yang dibaca bi di sini mengandung dua arti. Pertama, huruf bi yang diterjemahkan “dengan” menyimpan satu kata yang tidak terucapkan tetapi harus terlintas dalam benak ketika mengucap basmalah, yaitu memulai. Bismillah berarti “saya atau kami memulai dengan nama Allah”. Dengan demikian kalimat tersebut menjadi semacam doa atau pernyataan dari pengucap.

Kedua, huruf bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” itu dikaitkan dalam benak dengan kata “kekuasaan dan pertolongan”. Pengucap basmalah seakan-akan berkata, “dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana”.

Pengucap seharusnya sadar bahwa tanpa kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, apa yang sedang dikerjakannya itu tidak akan berhasil. Ia menyadari kelemahan dan keterbatasan dirinya. Ia menyandarkan dirinya dan memohon bantuan Allah Yang Mahakuasa.

Kedua, kata ism setelah huruf bi terambil dari kata as-sumuw yang berarti tinggi dan mulia. Nama disebut ism, dijunjung tinggi karena ia menjadi tanda bagi sesuatu.

Syekh al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan, penyebutan nama di sini berarti dirinya memulai pekerjaan dengan nama Allah dan atas perintah bukan atas dorongan hawa nafsu belaka. Inilah bedanya.

Dalam Alquran pun Allah mentamsilkan perbuatan orang-orang kafir yang tidak diawali dengan keikhlasan kepada Allah hasilnya akan sia-sia. “Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan (sia-sia belaka)." (QS. Al-Furqan: 23).

Ketiga, kata Allah. Berakar dari kata walaha yang berarti mengherankan atau menakjubkan. Jadi Tuhan dinamai Allah karena segala perbuatan-Nya menakjubkan dan mengherankan.

Karena itu, terdapat hadis yang menyatakan, “Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir tentang Zat-Nya.” (HR Abu Hurairah).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Abdul Muid Badrun
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement