REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Desember 2024, tiga besar negara tujuan ekspor nonmigas Indonesia nonmigas antara lain China (26,40 persen), Amerika Serikat (11,22 persen), dan Jepang (6,59 persen). Ini berdasarkan keterangan yang dirilis Badan Pusat Statisik (BPS), Rabu (15/1/2025)
PLT Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menerangkan nilai ekspor ke ketiga negara ini memberikan kontribusi sebesar 44,21 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Desember 2024. Perinciannya, nilai ekspor nonmigas ke China sebesar 5,79 miliar dolar AS atau turun sebesar 7,27 persen dibandingkan November 2024
Lalu nilai ekspor nonmigas ke AS tercatat sebesar 2,46 miliar dolar AS atau naik sebesar 5 persen dibandingkan bulan lalu. Nilai ekspor nonmigas ke Jepang, tercatat sebesar 1,45 miliar dolar AS, atau turun sebesar 2,58 persen, dibandingkan bulan sebelumnya.
"Namun demikian, secara tahunan nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China dan AS mengalami peningkatan, sedangkan nilai ekspor ke Jepang, mengalami penurunan," kata Amalia.
Ia melanjutkan, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke kawasan ASEAN pada Desember 2024, mengalami peningkatan, baik secara tahunan maupun secara bulanan. Tepatnya berada di angka 18,72 persen. Berikutnya, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke kawasan Uni Eropa (6,18 persen), mengalami penurunan secara bulanan, dan meningkat secara tahunan.
Pada Desember 2024, total nilai ekspor nonmigas Indonesia sebesar 21,92 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Jika dirinci menurut sektornya, sebagai berikut. Sektor Pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi sebesar 0,58 miliar dolar AS. Ekspor pertambangan dan lainnya, sebesar 3,73 miliar dolar AS. Ekspor industri pengolahan mencapai 17,61 miliar dolar AS.
Berikut, beberapa catatan peristiwa yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan ekspor, impor, dan neraca perdagangan bulan Desember 2024. Pada Desember 2024, secara umum perubahan harga komoditas di pasar internasional bervariasi. Penurunan harga bulanan terjadi pada komoditas energi, logam mineral, dan logam mulia. Sementara harga komoditas pertanian naik, didorong oleh peningkatan harga minyak kelapa sawit, kakao, dan kopi.
Secara rata-rata, harga komoditas pertanian, logam mulia, serta logam mineral, mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan rata-rata tahun 2023. Lalu, rata-rata harga komoditas energi tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 5,07 persen, dibandingkan dengan rata-rata harga tahun 2023. Pada Desember 2024, PMI Manufaktur di beberapa negara mitra dagang utama menunjukkan pelemahan, seperti Amerika Serikat (49,4), dan Jepang (49.6), alias berada pada zona kontraksi. Sementara China (50,5), dan India (56,4), berada di zona ekspansif.