REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Indonesia Lionel Priyadi mengatakan bahwa pasar saham Indonesia akan bergerak menguat secara berkelanjutan (rally) seiring Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya. Seiring penurunan suku bunga acuan BI, ia merekomendasikan untuk mengoleksi saham-saham sektor properti, perbankan, otomotif dan teknologi di pasar saham Indonesia.
“Pasar saham RI akan rally dengan rekomendasi properti, bank, otomotif dan teknologi,” ujar Lionel saat dihubungi di Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Terkait suku bunga acuan global, ia memproyeksikan bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) paling cepat baru akan menurunkan tingkat suku bunga acuannya pada Maret 2025 mendatang. “The Fed baru akan cut lagi paling cepat Maret (2025),” ujar Lionel.
Penurunan suku bunga acuan BI diharapkan mampu memberikan ruang likuiditas yang lebih luas bagi sektor perbankan, termasuk dalam pengelolaan valuta asing (valas). Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Royke Tumilaar, menilai langkah BI ini sebagai upaya memperkuat cadangan devisa dan mendukung pertumbuhan kredit.
“Likuiditas valas akan bertambah, ini juga menambah cadangan devisa pemerintah. Kredit juga akan tumbuh karena orang butuh kredit,” ujar Royke usai Acara BNIDirect Appreciation Night di Jakarta, Rabu (15/1/2025) malam.
Namun, tantangan likuiditas masih menjadi perhatian, mengingat persaingan dengan instrumen pemerintah seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) yang menawarkan imbal hasil menarik di atas 6 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui adanya “perang likuiditas” antara pemerintah dan perbankan sepanjang 2024, yang dapat berlanjut tahun ini.
“Perbankan harus bersaing dengan instrumen pemerintah yang menawarkan yield lebih menarik. Tetapi pemerintah juga mendukung perbankan melalui subsidi bunga untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar 6 persen, sehingga biaya dana atau cost of fund bisa lebih murah,” kata Airlangga.
Airlangga menambahkan, kebijakan subsidi bunga ini memungkinkan masyarakat, khususnya kelas menengah dan pelaku UMKM, memperoleh kredit dengan bunga rendah. “Kita ingin mendorong pelaku usaha naik kelas, tidak hanya di sektor perdagangan atau jasa, tetapi juga ke sektor manufaktur. Untuk sektor produktif, pemerintah memberikan subsidi bunga 6 persen sehingga bunga efektif bisa di bawah 4 persen,” jelasnya.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025 pada Selasa (14/1) dan Rabu (15/1), BI memutuskan menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi berada di level 5,75 persen.
Suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi di level 5 persen. Sedangkan suku bunga lending facility juga diputuskan untuk turun 25 bps menjadi di level 6,5 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penurunan BI-Rate untuk mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan di dalam negeri. "This is the timing untuk menurunkan suku bunga, supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik," kata Perry.
Sementara itu, The Fed dijadwalkan akan menyelenggarakan pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pada 28- 29 Januari 2025.