REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT – Seiring berlakunya gencatan senjata di Jalur Gaza, pemukim ekstremis Yahudi membabi buta menimbulkan kehancuran di Tepi Barat. Hamas menyerukan perlawanan terhadap kesewenang-wenangan penjajah tersebut.
Dalam pernyataan pada Selasa, Hamas mengutuk serangan pemukim Israel terbaru di kota Jinsafut dan Funduq di Tepi Barat yang diduduki dan menyerukan “eskalasi perlawanan dalam segala bentuknya” untuk melawan kekerasan tersebut.
“Meningkatnya terorisme pemukim menggarisbawahi kebutuhan mendesak bagi masyarakat heroik kita di seluruh wilayah Tepi Barat untuk bangkit dalam gelombang kemarahan guna menghalangi para pemukim dan menangkis serangan teroris mereka,” kata kelompok tersebut.
Serangan pemukim, bersamaan dengan kampanye militer Israel, kata Hamas, tidak akan “berhasil mendorong rakyat kami untuk menyerahkan tanah dan hak mereka”. Sebaliknya, hal ini akan mengarah pada “keteguhan dan pembangkangan yang lebih lanjut”.
Sejak gencatan senjata berlaku di Jalur Gaza, telah terjadi gelombang serangan pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki yang mengakibatkan warga Palestina terluka dan harta benda mereka hancur.
#Ceasefire? Not in the West Bank
Tonight, dozens of settlers are attacking Palestinian villages across the West Bank.
In the village of Sinjil – Settlers set fire to two homes and at least four vehicles.
In the village of Ein Siniya – Settlers attacked and set fire to homes.
In… pic.twitter.com/nZ24wiEK5B
— Yesh Din English (Yesh_Din) January 19, 2025
Yesh Din, yang memantau hak asasi manusia di wilayah pendudukan Palestina, telah membagikan klip video yang menunjukkan kendaraan milik warga Palestina dan sebuah bangunan terbakar akibat serangan sebelumnya pada Senin malam.
Lembaga itu mencatat, para pemukim membakar dua rumah warga Palestina dan membakar sedikitnya empat kendaraan di desa Sinjil, yang terletak di timur laut Ramallah. Di desa Ein Siniya, pemukim menyerang dan membakar rumah-rumah di utara Ramallah.
Pemukim menyerang dan merusak properti milik warga Palestina di Turmus Aya, timur laut Ramallah. Para pemukim juga melemparkan batu ke kendaraan di Route 60, dekat al-Lubban Asharqiya, selatan Nablus.
Sedangkan LSM B’Tselem mengatakan pemukim Israel yang menyerang warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki bertindak “bekerja sama penuh dengan tentara Israel”. Dalam postingannya di X, B’Tselem mengatakan bahwa sementara gencatan senjata berlangsung, motif para pemukim jelas: “untuk mengenakan ‘label harga’ bagi pembebasan warga Palestina dari penjara Israel”. B’Tselem mencatat kekerasan tersebut telah menyebabkan seorang anak laki-laki berusia 15 tahun ditembak dan dibunuh oleh tentara Israel di Sebastia pada Ahad.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) di Palestina telah menyatakan kekhawatirannya atas “gelombang kekerasan baru” yang dilakukan pemukim Israel dan angkatan bersenjata di Tepi Barat yang diduduki.
“Kantor Hak Asasi Manusia PBB khawatir dengan gelombang kekerasan baru yang dilakukan oleh pemukim dan pasukan keamanan Israel di Tepi Barat yang diduduki, bertepatan dengan penerapan perjanjian gencatan senjata di Gaza,” katanya dalam sebuah pernyataan.
OHCHR juga mengatakan kekerasan tersebut disertai dengan pembatasan yang semakin ketat terhadap kebebasan bergerak warga Palestina, termasuk penutupan pos pemeriksaan dan pemasangan gerbang baru, yang mengakibatkan seluruh komunitas dikurung.
Menyoroti beberapa serangan pemukim baru-baru ini terhadap desa-desa Palestina serta serangan hari Senin di beberapa kota di Tepi Barat oleh pasukan Israel, yang menewaskan seorang remaja Palestina, OHCHR juga mengatakan pihaknya prihatin dengan rencana Israel untuk memperluas dan meningkatkan operasi di wilayah Palestina.
Kekerasan pemukim ilegal di Tepi Barat meningkat setelah terpilihnya pemerintahan sayap kanan pada tahun 2022 yang mengusulkan perluasan pemukiman Israel di wilayah Palestina. Maraknya kekerasan itu jadi salah satu alasan kelompok-kelompok pejuang di Gaza melakukan operasi Topan al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Sejak Oktober 2023 itu, tercatat 1.423 insiden kekerasan pemukim di Tepi Barat dengan 321 insiden di Kegubernuran Ramallah dan al-Bireh; 319 insiden di Kegubernuran Nablus; dan 298 di Kegubernuran Hebron.
Potensi meningkat...