REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Anwar Abbas mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dikatakan tengah mempertimbangkan pemindahan sebagian dari warga Jalur Gaza, Palestina ke Indonesia, Hal itu dilakukan dalam rangka membangun kembali Jalur Gaza yang telah porak poranda akibat dari agresi Israel yang telah berlangsung sejak Oktober 2023.
Buya Anwar mengatakan, tetapi pertanyaannya apakah rencana Trump itu laiak untuk didukung atau tidak.
"Saya rasa tidak (laiak didukung) karena dibalik rencana tersebut ada bau anyir yang tidak bisa diterima," kaya Buya Anwar kepada Republika, Selasa (21/1)
Buya Anwar menilai, dalam rencana tersebut tersirat maksud pertama, untuk melemahkan kekuatan Hamas dan kelompok perlawanan lainnya. Karena dengan berkurangnya jumlah penduduk Gaza maka tentu jumlah personel yang bisa direkrut oleh kelompok-kelompok perlawanan terhadap pendudukan Israel tentu akan berkurang.
"Sehingga Amerika dan Israel akan bisa dengan mudah mengontrol dan mengendalikan kelompok perlawanan yang ada," ujarnya.
Ia menambahkan, kedua, jika Amerika dan Israel bisa memindahkan sebagian dari warga Gaza tersebut ke negara lain. Maka sudah bisa dipastikan Amerika dan Israel tidak akan mengembalikan rakyat Gaza ke negara Palestina. Karena hal demikian akan menjadi ancaman bagi Israel.
"Ketiga, dengan kosongnya daerah Gaza maka Israel akan semakin bersemangat untuk mewujudkan negara Israel raya yang mereka idam-idamkan karena wilayah negara Palestina sudah bisa mereka kuasai," ujarnya.
Untuk itu, Buya Anwar berharap agar pemerintah Indonesia jangan meladeni rencana Trump. Karena dibalik topeng kemanusiaan yang dia pergunakan ada rencana buruk yang tidak bisa diterima, yaitu memperkuat dan memperluas negara Israel, serta mengorbankan kemerdekaan dan kepentingan rakyat Palestina.
"Itu jelas-jelas tidak bisa kita terima," tegas Buya Anwar.