Kamis 23 Jan 2025 13:54 WIB

Ekonom: Indonesia tak akan Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Tanpa Penguatan Industri

Selama 10 tahun terakhir, sektor industri Indonesia hanya tumbuh 3-4 persen.

Rep: Eva Rianti / Red: Gita Amanda
Target pertumbuhan ekonomi 8 persen nyaris mustahil bisa tercapai tanpa melalui pengembangan sektor industri.  (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Target pertumbuhan ekonomi 8 persen nyaris mustahil bisa tercapai tanpa melalui pengembangan sektor industri. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini menyampaikan pandangannya mengenai evaluasi 100 hari kepemimpinan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Ia menyampaikan target pertumbuhan ekonomi 8 persen nyaris mustahil bisa tercapai tanpa melalui pengembangan sektor industri.  

“Indonesia tidak akan pernah mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen sampai 2029 tanpa penguatan ekonomi melalui industri. Tragisnya selama 10 tahun terakhir sektor industri di bawah para penanggungjawab yang sama pada kabinet ini, hanya tumbuh 3-4 persen saja,” kata Didik dalam diskusi publik bertajuk ‘Evaluasi Kritis 100 Hari Pemerintahan Prabowo Bidang Ekonomi’, Rabu (22/1/2025) lalu. 

Baca Juga

Dalam evaluasinya, Didik menekankan pada penguatan diplomasi dan peran internasional. Ia menerangkan Asta Cita dari 1-8 yang digaungkan dalam Kabinet Merah Putih sebenarnya keseluruhannya berkaitan dengan ekonomi, termasuk yang ke-8 yakni peran internasional. Lantas ia menyinggung mengenai Vietnam yang cerdik dalam menumbuhan pertumbuhan ekonominya.

“Vietnam berhasil tumbuh perekonomiannya 7-8 persen karena ekspornya telah jauh melampauai Indonesia. Yakni 405 miliar dolar AS setiap tahun. Sementara Indonesia yang 20 tahun lalu sebenarnya telah mencapai 200 miliar dolar AS/tahun, namun sekarang stuck di 250 miliar dolar AS/tahun, atau kurang dari itu. Hal itu lebih tergantung pada situasi ekonomi atau mood internasional,” jelasnya. 

Didik merefleksi selama 10 tahun terakhir, sektor industri hanya tumbuh 3-4 persen. Sedangkan sektor industri Vietnam bisa tumbuh 9-10 persen, pada saat yang sama ekspornya bisa tumbuh 14-15 persen. Kondisi itu sama persis dengan Indonesia pada 1985 ekonomi tumbuh 7 persen, sektor industri tumbuh 9-10 persen, dan ekspor tumbuh 20 persen.

Menurut hemat Didik, diantara cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan kembali kinerja sektor industri, adalah dengan berkaca kondisi pada masa Presiden RI ke-2 Soeharto. Yakni separuh dari birokrasi Departemen Keuangan pernah dirumahkan. Kegiatan ekspor diserahkan ke SGS. Akibatnya, kegiatan ekspor ketika itu melaju kencang. 

“Semua diplomat juga diberikan target agar neraca perdagangan harus surplus,” tegasnya. 

Didik menuturkan, Bank Indonesia lebih realistis dalam melihat keadaan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh 5 persen. Tapi ambisi Prabowo untuk mencapai 8 persen juga patut dihargai, untuk bisa optimistis sebagaimana yang dicapai oleh Vietnam. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement