REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: M. Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، ﴿سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا﴾ صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ
Ma’asyiral Muslimin, Sidang Jumat yang dirahmati Allah,
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Alhamdulillah, berkat limpahan rahmat dan 'inayah-Nya, kita masih mendapatkan nikmat iman, Islam, sehat, panjang umur, dan juga nikmat hidayah serta kekuatan, sehingga hati kita masih terpanggil menjalankan perintah Allah, dan bersimpuh di tempat yang insya Allah penuh berkah ini.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Alam, Nabi Besar Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya, hingga kepada kita yang senantiasa berharap ridha dan syafaatnya pada hari kiamat.
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib selalu berpesan kepada diri khatib pribadi khususnya dan kepada jamaah Jumat sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah ta’ala. Sebab, hanya iman dan takwa yang menjadi benteng keselamatan diri di dunia maupun di akhirat kelak.
Sidang Jumat yang dirahmati Allah
Di antara hikmah perjalanan Isra’ Mi’raj adalah diperlihatkannya sebagian kekuasaan Allah kepada Baginda Rasulullah SAW yang kala itu tengah dirundung duka mendalam karena ditinggal wafat orang-orang tercinta. Demikian sebagaimana yang terungkap dalam surat Al-Isra’:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا
Artinya, “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami,” (QS. Al-Isra’ [17]: 1).
Di antara sebagian kuasa Allah yang diperlihatkan kepada Baginda Nabi saw. adalah Baitul-Ma’mur. Dalam Al-Quran, tepatnya dalam surat Ath-Thur, Baitul-Ma’mur disebutkan, bahkan menjadi sumpah Allah swt.
وَالْبَيْتِ الْمَعْمُورِ، وَالسَّقْفِ الْمَرْفُوعِ
Artinya, “Demi Baitul-Makmur, dan demi atap (langit) yang ditinggikan,” (QS. Ath-Thur [52]: 4-5).