REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Palang Merah Indonesia (PMI) menggelar acara Peringatan 20 Tahun Tsunami dengan menyelenggarakan Webinar Internasional secara hybrid bertema “Dua Dekade Ketangguhan: Belajar dari Masa Lalu, Bersiap untuk Masa Depan” pada Kamis (23/1/2025) di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) PMI Jakarta Timur. Acara ini dihadiri oleh perwakilan PMI, Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Mitra Gerakan, serta lembaga mitra PMI.
Peringatan ini dirangkaikan dengan sejumlah webinar bertema kebencanaan, kesehatan, dan kerelawanan dengan para pembicara dari internasional. Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla memberikan sambutan secara daring. Ia menekankan pentingnya belajar dari peristiwa tsunami yang melanda Aceh 20 tahun silam sebagai pembelajaran untuk persiapan di masa depan.
“Peristiwa gempa dan tsunami di Aceh pada 24 Desember 2004 dan juga efek tsunami tentu menjadi pembelajaran bagi kita semua, untuk menjadi bagian dari upaya kita membantu kemanusiaan dalam berbagai bencana atau konflik dimana saja. Peristiwa ini menjadi bencana alam terbesar dalam sejarah Indonesia dengan jumlah korban sekitar 200 ribu orang. Saat itu PMI bekerja sama dengan berbagai perhimpunan nasional dari berbagai negara. Dari kejadian ini, kita belajar dari masa lalu dan bersiap untuk masa depan. Baik itu tentang bagaimana kita menghadapi bencana, penyakit, dan memperkuat organisasi kita dengan memperkuat relawan-relawan kita sebagai garda terdepan menghadapi itu semua,” jelas Ketum PMI Jusuf Kalla.
Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor Leste, Vincent Ochilet, dan Kepala Delegasi IFRC, Indonesia, Elkhan Raminov turut hadir dalam acara, termasuk sejumlah pembicara dari berbagai lembaga yang mengisi webinar dengan tiga tema utama, yaitu kebencanaan, kesehatan, dan relawan. Webinar bertema “Respon Bencana dan Ketangguhan” menghadirkan pembicara dari BNPB, Palang Merah Amerika, Palang Merah Jepang, Palang Merah Australia, dan PMI Provinsi Aceh. Diskusi ini berfokus pada refleksi dua dekade ketangguhan dalam menghadapi bencana serta kesiapan untuk masa depan.
“Diskusi ini mengangkat pembelajaran dari bencana tsunami Aceh 2004 dan bagaimana PMI dapat menyiapkan strategi dan melakukan layanan untuk membantu ketangguhan masyarakat. Pentingnya PMI melakukan tanggap darurat dengan prinsip mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang saat ini terjadi,” kata Arifin Muh. Hadi, selaku moderator webinar dengan tematik ini.
Webinar kedua berbicara mengenai Kesehatan dengan mengangkat tema “Menghadapi Risiko Kesehatan Masa Kini dan Masa Depan”. Hadir sebagai pembicara pihak Kementrian
Kesehatan, Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementrian Desa, WHO Indonesia, dan PMI.
“Bencana tsunami Aceh 2004 banyak memberikan pelajaran dan kontribusi dalam menghadapi tantangan kesehatan masyarakat, seperti Kejadian Luar Biasa (KLB), epidemi, dan pandemi, baik di masa kini maupun di masa depan,” kata Fachmi Idris, salah satu pembicara yang juga Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial PMI Pusat.
Sementara itu, webinar ketiga mengangkat tema “Sinergitas Relawan dalam Membangun Ketangguhan Masyarakat” dengan para pembicara tokoh masyarakat yang juga relawan PMI, Alfiansyah Bustami Komeng, pihak Kemenpora, dan sejumlah relawan PMI. Pada sesi ini, PMI memberikan penghargaan Lencana Wira Utama PMI Tahun 2024 kepada lima relawan PMI yang telah berjasa dan mendedikasikan waktu, tenaga, serta pikiran lebih dari 20 tahun.
Acara peringatan juga ditandai dengan peluncuran buku berjudul Refleksi 20 Tahun Tsunami Aceh, yang disusun bersama mitra PMI, Politeknik Akbara Surakarta. Buku ini menjadi catatan penting tentang pelajaran dan langkah-langkah ke depan dalam menghadapi bencana.