Jumat 24 Jan 2025 11:55 WIB

Pahala Menjadi Suami

Menjadi suami bagi istri dan ayah bagi anak-anak adalah ladang sedekah yang luar bias

Pasangan suami-istri (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Pasangan suami-istri (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi suami yang baik bagi seorang istri itu berpahala. Untuk itu, Allah SWT berfirman, “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS al-Nisaa/4: 19).

Menurut Syekh Nawawi Banten dalam Syarah Uqud al-Lujain, yang dimaksud dengan secara patut dalam ayat ini adalah berlaku bijaksana. Maksudnya, seorang suami harus bijaksana mengatur waktu untuk istri. Termasuk bijaksana dalam memberi nafkah (baik lahir maupun batin), begitu pula saat suami berbicara kepada istrinya.

Baca Juga

Namun, istri juga harus menjalankan kewajiban kepada suami. Inilah prinsip keseimbangan, seperti terkuak dalam firman-Nya, “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.” (QS al-Baqarah/2: 228).

Bagi pengarang Tafsir Jalalain, yang dimaksud menurut cara yang ma’ruf dalam ayat ini adalah menurut syariat Islam, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun meninggalkan perkara yang dapat membuat istri celaka. Bahkan, menurut Syekh Nawawi Banten, terpenuhinya urusan dandan istri oleh suami termasuk bermakna ma’ruf.

Nabi SAW bersabda, “Sungguh tidaklah kamu menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), termasuk makanan yang kamu berikan kepada isterimu.” (HR. Bukhari). Inilah pahala menjadi suami di akhirat nanti.

Menjadi suami bagi istri dan ayah bagi anak-anak adalah ladang sedekah. Nabi SAW bersabda, “Makanan yang kamu berikan untuk anakmu, dinilai sebagai sedekah. Begitu juga makanan yang kamu berikan bagi istrimu, bernilai sedekah untukmu. Termasuk makanan yang kamu beri untuk pembantumu, adalah juga sedekah.” (HR Ahmad).

Selanjutnya, secara gradual dan ideal, seorang suami harus berhasil mendidik dan menyelamatkan istri dan anak-anaknya dari api neraka yang bahan bakarnya adalah bebatuan dan orang-orang durhaka. Allah SWT berseru, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS al-Tahrim/66: 6).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Hikmah Republika oleh Dr KH Syamsul Yakin MA
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement