REPUBLIKA.CO.ID, KOLAKA -- Indonesia kembali mencatatkan sejarah baru dalam industri pertambangan nikel. PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group), perusahaan pertambangan nasional yang berkomitmen pada keberlanjutan, siap mengoperasikan smelter ‘Merah Putih’ yang inovatif.
Smelter ini bukan hanya sekadar pabrik pengolahan nikel, tetapi sebuah simbol transformasi industri pertambangan Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Salah satu keunggulan utama smelter ‘Merah Putih’ adalah penggunaan teknologi mutakhir seperti Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High-Pressure Acid Leach (HPAL).
Teknologi ini memungkinkan proses pengolahan nikel dilakukan dengan lebih efisien dan ramah lingkungan. Emisi gas buang yang dihasilkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan metode konvensional, sehingga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Selain itu, smelter ini juga memanfaatkan energi bersih dari PLN, yang sebagian besar berasal dari sumber energi terbarukan. Penggunaan energi bersih ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai target energi berkelanjutan.
Pembangunan smelter ‘Merah Putih’ juga tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia, khususnya di Kabupaten Kolaka. Ribuan lapangan kerja baru telah tercipta, meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
“Ceria Group telah menjadi mitra strategis bagi pemerintah dalam mengembangkan sektor pertambangan yang berkelanjutan,” ujar [Nama pejabat pemerintah terkait]. “Smelter ‘Merah Putih’ ini membuktikan bahwa pembangunan ekonomi dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.”
Produk nikel hijau yang dihasilkan oleh smelter ‘Merah Putih’ sangat dibutuhkan oleh industri kendaraan listrik dan elektronik. Dengan permintaan global yang terus meningkat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin pasar nikel hijau dunia.
“Kami bangga dapat berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan,” ujar Deputy President Director yang juga Director of Corporate Affairs, Djen Rizal. “Smelter ‘Merah Putih’ adalah bukti nyata komitmen kami untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.”
Djen Rizal juga menjelaskan bahwa Smelter ‘Merah Putih’ Ceria ini dibangun oleh PMDN murni yang dimiliki dan dikelola oleh putra daerah dengan pendanaan oleh Sindikasi Perbankan Nasional yang dipimpin oleh PT Bank Mandiri Tbk dan Bank SulselBar dan BJB.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Tenggara Asrun Lio menyebut , progres PSN smelter ‘Merah Putih’ Ceria sangat signifikan dan saat ini telah mendekati rampung. Ia pun optimis smelter RKEF Ceria akan segera beroperasi penuh pada April 2025.
Merujuk laporan hasil reviu tata kelola PSN pembangunan Smelter PT Ceria Nugraha Indotama Triwulan IV Tahun 2024 dengan cut off progres per 22 November 2024, yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara, disebutkan bahwa pembangunan Smelter PT Ceria Nugraha Indotama sejak 2019 – 2024 masih konstruksi dengan progres telah mencapai 97,05 persen.