Sabtu 25 Jan 2025 14:13 WIB

Pete Hegseth, Pemabuk dan Anti-Muslim, Dikukuhkan Jadi Menhan AS

Hegseth kerap mendorong perang melawan umat Islam.

Pete Hegseth, menteri pertahanan AS, di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat untuk sidang konfirmasi, di Capitol di Washington, Selasa, 14 Januari 2025.
Foto: AP Photo/Alex Brandon
Pete Hegseth, menteri pertahanan AS, di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat untuk sidang konfirmasi, di Capitol di Washington, Selasa, 14 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pete Hegseth, tokoh sayap kanan yang terang-terangan anti-Islam secara resmi terpilih menjadi menteri pertahanan Amerika Serikat. Ia kini menjadi tokoh anti-Islam paling berkuasa karena membawahi militer paling kuat dan paling canggih di muka bumi.

Hegseth, mantan pembawa acara Fox News dan komentator telah dikukuhkan sebagai menteri pertahanan melalui pemungutan suara di Senat AS. Penolak dan pendukungnya sedianya seri dengan masing 50 suara. Suara menentukan dari Wakil Presiden JD Vance yang akhirnya menentukan persetujuan atas Hegseth yang ditunjuk Presiden AS Donald Trump sejak akhir tahun lalu.

Baca Juga

Pete Hegseth, yang memiliki tato moto tentara salib “deus vult” di lengannya, telah menempatkan retorika fanatik anti-Muslim di pusat beberapa bukunya yang diterbitkan, menurut ulasan the Guardian terhadap materi tersebut. 

Hegseth, khususnya dalam bukunya “American Crusade” yang terbit pada 2020 menggambarkan Islam sebagai musuh alami dan historis dari peradaban barat. Ia jug menyajikan versi doktrin Muslim yang menyimpang dalam teori konspirasi rasis. Ia  juga menganggap kaum kiri dan Muslim sebagai satu kesatuan dalam upaya mereka untuk menumbangkan AS. Hegseth juga mengidolakan tentara salib abad pertengahan. 

Para ahli mengatakan pandangan Hegseth tentang Islam penuh dengan kepalsuan, kesalahpahaman, dan teori konspirasi sayap kanan. The Guardian sebelumnya telah melaporkan bahwa dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 2020, Hegseth menyerukan “Perang Salib Amerika”, yang menargetkan “musuh internal” atau “musuh dalam negeri” dan musuh Israel.

 Hegseth juga menghubungkan keduanya, dengan menulis: “Kita mempunyai musuh dalam negeri, dan kita mempunyai sekutu internasional… inilah saatnya untuk menjangkau orang-orang yang menghargai prinsip-prinsip yang sama, mempelajari kembali pelajaran dari mereka, dan membentuk ikatan yang lebih kuat.”

Dalam American Crusade, Hegseth menyajikan perang salib abad pertengahan sebagai model hubungan Kristen-Muslim. Dalam sebuah bab berjudul Make the Crusade Great Again, Hegseth menulis: “Pada abad kesebelas, agama Kristen di wilayah Mediterania, termasuk tempat-tempat suci di Yerusalem, begitu terkepung oleh Islam sehingga umat Kristen mempunyai pilihan yang sulit: melancarkan perang defensif atau melanjutkan perang. untuk memungkinkan ekspansi Islam dan menghadapi perang eksistensial di dalam negeri di Eropa.” Para sejarawan belakangan menilai narasi tersebut bualan belaka.

Hegseth melanjutkan: “Paus, Gereja Katolik, dan umat Kristiani Eropa memilih untuk berperang–dan lahirlah perang salib,” dan “Paus Urbanus II mendorong umat beriman untuk melawan umat Islam dengan seruan perangnya yang terkenal di bibir mereka: 'Deus vult! ,' atau 'Tuhan menghendakinya!'” Hegseth memiliki tato dengan slogan tentara salib yang sama, yang juga dikaitkan dengan nasionalisme Kristen, supremasi kulit putih, dan kecenderungan sayap kanan lainnya. 

Bagi Hegseth, kemenangan jangka pendek tentara salib di Tanah Suci berarti mereka dianggap menjaga nilai-nilai modern. “Nikmati peradaban Barat? Kebebasan? Keadilan yang setara di bawah hukum? Terima kasih seorang tentara salib,” setelah menulis hal yang sama lagi di awal bab ini.

Di bagian lain dalam American Crusade, Hegseth berulang kali mengkarakterisasi imigrasi Muslim ke Eropa sebagai sebuah “invasi” yang berupaya menggusur populasi kulit putih. Ia secara ngawur menyatakan bahwa umat Islam hendak menduduki Eropa dengan konsep hijrah.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement