REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya kasus stunting pada anak di berbagai wilayah Indonesia tentunya akan berdampak serius pada pertumbuhan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam negeri di masa mendatang. Pada dasarnya, kekurangan gizi dan gizi buruk (stunting) merupakan bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang signifikan.
Kepala Divisi Penghimpunan dan Program Bakrie Amanah, Yuli Wulansari mengatakan, stunting dampak yang paling umum adalah tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya. Di era Presiden Prabowo Subianto, pemerintah Republik Indonesia memiliki perhatian khusus terhadap permasalahan ini dengan meluncurkan program makan bergizi gratis untuk anak-anak sekolah, dengan harapan seluruh siswa di Indonesia terpenuhi kecukupan gizinya.
"Tentunya, permasalahan gizi di Indonesia bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Para kepala keluarga juga harus memiliki perhatian khusus terhadap pemenuhan gizi anak-anaknya," kata Wulansari melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Kamis (23/1).
Ia menerangkan, kebanyakan keluarga di Indonesia bukan tidak teredukasi soal pemenuhan gizi, melainkan lebih kepada pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang belum tercukupi karena faktor ekonomi.
Demi memenuhi kebutuhan gizi di Indonesia, ia mengatakan, Bakrie Amanah sebagai salah satu lembaga amil zakat berskala nasional, turut serta mendukung program pemerintah dalam menangani permasalahan gizi dengan meluncurkan salah satu program sosialnya yaitu Gizi Anak Negeri.
Program ini secara seremonial dilaksanakan di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, dengan memberikan paket perlengkapan gizi anak di sekolah-sekolah di Kabupaten Bone Bolango. Program ini menargetkan sebanyak 500 anak sekolah sebagai penerima manfaat.
Wulansari mengatakan, program Gizi Anak Negeri ini dilaksanakan atas dasar keresahan terhadap maraknya kasus stunting di Indonesia. Ia menjelaskan bahwa edukasi saja tidak cukup, mengingat faktor ekonomi menjadi penghambat utama. Oleh karena itu, pemenuhan gizi anak harus langsung dirasakan oleh anak-anak dengan pemberian paket gizi secara langsung.
“Kami sangat mendukung program pemerintah terkait gizi ini, karena memiliki dampak yang sangat besar untuk Indonesia di masa mendatang. Kami juga sangat berterima kasih kepada pihak yang telah mendukung secara langsung dan berkolaborasi dengan kami dalam program Gizi Anak Negeri ini,” ujar Wulansari.
Ia menambahkan bahwa program ini tidak bisa berjalan sendirian. Masyarakat umum lainnya juga harus terlibat, walaupun sekecil apapun nilainya. Ia mencontohkan bahwa masyarakat bisa mendukung program Gizi Anak Negeri dengan berdonasi. Nantinya, program Gizi Anak Negeri Bakrie Amanah juga akan menyasar wilayah lain di Indonesia, tidak hanya di Gorontalo saja.
"Titik-titik lokasi yang telah direncanakan selain Gorontalo adalah Kalimantan Selatan, Jambi, dan Riau, dengan target awal penerima sebanyak 1.800 anak sekolah," ujarnya.