REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Adegan penyerahan empat tentara wanita Israel yang masuk dalam perjanjian pertukaran gelombang kedua ini tidak hanya menghina Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Tetapi juga menjadi bukti berakhirnya proyek pengusiran warga Palestina, di masa depan.
Hal ini disampaikan ahli dari Inisiatif Nasional Palestina, Dr. Mustafa Barghouthi, dan pakar urusan Israel, Dr. Muhannad Mustafa.
Berbeda dengan apa yang terjadi pada serah terima tahanan gelombang pertama sepekan lalu, adegan serah terima tahanan gelombang kedua ini terorganisir dan banyak membawa pesan politik dan militer kepada para pemimpin dan rakyat Israel.
Meskipun adegan tersebut menyerukan kepada setiap orang Palestina yang merdeka untuk merasa bangga, hal ini membawa banyak penghinaan terhadap Netanyahu, yang semua orang yakin saat ini tidak mampu menghilangkan perlawanan, seperti yang dikatakan Barghouti dalam program “Path of Events”
Genosida gagal?
Adegan serah terima empat tentara wanita juga menegaskan - dari sudut pandang Barghouti - kegagalan Israel untuk memulihkan tahanannya dengan paksa dan mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza karena kembalinya para pengungsi ke Jalur Gaza utara menegaskan penyelesaian lengkapnya. Akhir dari rencana pembersihan etnis.
Bahkan di dalam Israel, banyak yang percaya bahwa Netanyahu mencapai perjanjian ini di bawah tekanan karena perjanjian tersebut menetapkan penarikan diri dari Gaza dan tidak mencakup diakhirinya kekuasaan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Jalur Gaza, seperti yang dikatakan Dr. Muhannad Mustafa.