REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam berbagai kitab tafsir, seperti karya ath-Thabari, Ibnu Katsir, dan al-Qurthubi, disebutkan bahwa yang pertama kali membangun Masjid al-Aqsha ialah para malaikat. Berdasarkan perintah dan izin dari Allah SWT, mereka menentukan tempat dan menggariskan lokasi bangunan suci tersebut.
Bagaimanapun, umumnya ulama berpendapat bahwa Nabi Adam-lah yang mula-mula mendirikan al-Aqsha. Itu dilakukannya sesuai dengan wahyu dari Allah Azza wa Jalla. Tidak ada bukti-bukti yang pasti mengenai bentuk bangunannya. Sepeninggalan sang manusia pertama, eksistensi masjid tersebut tergerus arus waktu.
Selanjutnya, Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah untuk merenovasi Masjid al-Aqsha serta meninggikannya. Sesudah memindahkan istri dan bayinya, yakni Siti Hajar dan Ismail AS, dari Palestina, sang Khalilullah juga membangun Ka’bah di Bakkah atau Makkah al-Mukarramah. Maka dari itu, sosok berjulukan “bapak para nabi” itu adalah yang pertama-tama merenovasi dua masjid suci sekaligus.
Menurut Mahdy dalam sebuah bukunya, al-Quds pada masa Ibrahim AS dikuasai seorang raja yang bernama Malki Shadiq. Penguasa itu meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah, Zat Yang Maha Esa, Mahakuasa. Maka begitu sang nabi datang ke kotanya, ia pun langsung menyambutnya dengan ramah dan menyatakan beriman kepada ajaran beliau. Renovasi yang dilakukan seorang rasul Ulul Azmi itu terjadi sekira tahun dua ribu sebelum Masehi (SM).
Malki Shadiq merupakan keturunan Suku Kan’an. Mahdy mengatakan, kelompok etnis itu termasuk rumpun bangsa Arab. Keberadaan mereka di Palestina diduga sejak tahun 10 ribu SM. Mereka membangun peradaban dan kebudayaan Arab di al-Quds. Bahkan, tidak hanya kota tersebut. Wilayah kekuasaannya juga mencakup daerah-daerah sekitar, seperti Jericho, Gaza, Nablus, dan al-Khalil.