Senin 27 Jan 2025 20:45 WIB

Hamas: Kepulangan Warga Palestina ke Gaza Utara adalah Kemenangan

Rencana Israel untuk menduduki seluruh wilayah Gaza dinilai gagal.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi Palestina kembali ke rumah mereka di bagian utara Jalur Gaza, Senin, 27 Januari 2025.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Pengungsi Palestina kembali ke rumah mereka di bagian utara Jalur Gaza, Senin, 27 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok Hamas menyambut kembalinya warga Palestina ke wilayah Jalur Gaza utara. Mereka menilai, hal itu merupakan sebuah kemenangan dari rencana Israel menggusur paksa warga Gaza.

"Kembalinya warga yang mengungsi merupakan kemenangan bagi rakyat kami, dan menandakan kegagalan dan kekalahan rencana pendudukan dan penggusuran," kata Hamas dalam sebuah pernyataan, Senin (27/1/2025), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Ribuan warga Gaza berduyun-duyun kembali ke wilayah utara pada Senin. Mereka bergerak pulang setelah Hamas mencapai kesepakatan dengan Israel untuk membebaskan enam sandera.

"Rasanya luar biasa ketika Anda kembali ke rumah, kembali ke keluarga, kerabat, dan orang-orang terkasih, dan memeriksa rumah Anda, apakah itu masih rumah?" ujar Ibrahim Abu Hassera, salah seorang pengungsi.

Sebelumnya Israel sempat mencegah warga Gaza yang mengungsi untuk pulang ke rumah mereka di wilayah utara. Hal itu karena Israel menuding Hamas telah melanggar kesepakatan gencatan senjata.

Namun pada Ahad (26/1/2025) malam, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa warga Gaza diizinkan pulang ke wilayah utara karena kesepakatan baru tentang pembebasan sandera telah tercapai.

Warga Gaza telah menolak upaya untuk merelokasi mereka. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru-baru ini diketahui memiliki rencana untuk merelokasi sebagian dari 2,4 juta penduduk Gaza. Indonesia disebut-sebut menjadi salah satu tempat pilihan Trump untuk memindahkan warga Gaza.

"Kami katakan kepada Trump dan seluruh dunia: kami tidak akan meninggalkan Palestina atau Gaza, apa pun yang terjadi," kata warga Gaza yang mengungsi, Rashad al-Naji.

Hamas dan Israel mencapai kesepakatan gencatan senjata pada 15 Januari 2025. Kesepakatan yang dicapai setelah 15 bulan pertempuran tersebut mulai diberlakukan pada 19 Januari 2025. Proses mediasi atau negosiasi disokong Qatar, AS, PBB dan dukungan Mesir.

Kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas terdiri dari tiga fase dan bakal berlangsung selama 90 hari. Jika kesepakatan berjalan mulus, Israel bakal mundur sepenuhnya dari Gaza dan Hamas akan membebaskan semua warga Israel yang menjadi tawanan. Jasad dari tawanan yang terbunuh akibat serangan Israel juga bakal dikembalikan.

Agresi Israel ke Jalur Gaza yang dimulai pada Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 45 ribu warga Palestina di sana terbunuh. Saat ini krisis kemanusiaan masih berlangsung di Gaza karena sebagian besar infrastruktur-infrastruktur vital, seperti rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan, telah hancur terhantam serangan Israel. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement