REPUBLIKA.CO.ID -- Imlek, atau Tahun Baru Imlek, merupakan festival terpenting dalam budaya Tionghoa yang disambut meriah di seluruh dunia. Warna merah menjadi ciri khas dalam perayaan ini, menghiasi setiap sudut dengan lampion, pakaian, dan amplop angpao yang khas. Keberadaan warna merah dalam perayaan ini bukan tanpa alasan; ada sejarah dan makna mendalam di balik penggunaannya.
Warna merah telah lama diasosiasikan dengan kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan dalam budaya Tionghoa. Asal usulnya dapat ditelusuri ke legenda kuno Tionghoa tentang Nián, seekor monster yang ditakuti penduduk desa. Menurut cerita, Nián muncul pada malam tahun baru untuk memangsa manusia, terutama anak-anak.
Masyarakat menghadapi Nián dengan menyalakan kembang api dan memakai pakaian merah, yang dipercaya dapat menakuti monster tersebut. Berkat strategi ini, Nián lari ketakutan dan tidak pernah kembali ke desa. Sejak saat itu, warna merah menjadi simbol perlindungan dan pengusiran roh jahat, serta diadopsi dalam perayaan Imlek.
Seiring berjalannya waktu, warna merah tidak hanya menjadi penangkal buruk, tetapi juga simbol kesejahteraan dan kemakmuran. Selain dalam Imlek, warna merah digunakan dalam berbagai upacara penting seperti pernikahan dan festival lain. Hal ini menggambarkan bagaimana tradisi dan kepercayaan leluhur terintegrasi dalam kehidupan masyarakat Tionghoa modern.
Warna Merah dalam Konteks Masyarakat Kontemporer
Dewasa ini, merah masih disegani dengan konotasi positif dalam berbagai kebudayaan di seluruh dunia. Dalam konteks global, merah kerap diidentikkan dengan semangat dan cinta, mirip dengan penggunaannya dalam budaya Tionghoa. Fenomena ini menunjukkan daya tahan tradisi dan simbolisme budaya dalam menghadapi perkembangan zaman.
Warna merah dalam perayaan Imlek adalah lebih dari sekedar tradisi visual; ia menyimpan pesan mendalam tentang harapan dan perlindungan. Diperkaya dengan sejarah dan legenda, warna ini telah melekat kuat dalam identitas budaya Tionghoa selama berabad-abad. Momen Imlek yang diwarnai merah bukan hanya merayakan pergantian tahun, tetapi juga memelihara sebuah warisan budaya yang berharga.
Artikel disusun Menggunakan AI