Rabu 29 Jan 2025 17:42 WIB

Bencana Banjir-Longsor Seperti di Pekalongan Berpotensi Terulang

Sejumlah daerah di Jateng masih akan menghadapi puncak musim penghujan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Qommarria Rostanti
Petugas membawa korban meninggal dunia terdampak longsor lokasi Desa Kasimpar di Puskemas Petungkriyono, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025). Berdasarkan data posko lapangan pada hari kedua pencarian korban, petugas berhasil mengevakuasi tiga korban meninggal dunia dengan nama Aisah, Taari, dan Abiya dengan total korban meninggal berjumlah 20 orang, 7 laporan kehilangan dan 13 luka.
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Petugas membawa korban meninggal dunia terdampak longsor lokasi Desa Kasimpar di Puskemas Petungkriyono, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (22/1/2025). Berdasarkan data posko lapangan pada hari kedua pencarian korban, petugas berhasil mengevakuasi tiga korban meninggal dunia dengan nama Aisah, Taari, dan Abiya dengan total korban meninggal berjumlah 20 orang, 7 laporan kehilangan dan 13 luka.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memperingatkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) bahwa bencana banjir dan tanah longsor seperti yang terjadi di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, masih berpotensi terulang di daerah lain di provinsi tersebut. Hal itu karena terdapat sejumlah daerah di Jateng yang masih akan menghadapi puncak musim penghujan.

Dwikorita mengungkapkan, sejak November 2024, BMKG sudah menjalin koordinasi dengan sejumlah gubernur yang provinsinya berpotensi menghadapi bencana, termasuk di antaranya Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana. Hal itu karena pada November 2024 terdapat beberapa daerah di Jateng yang sudah menghadapi puncak musim penghujan.

Baca Juga

"Sampai hari ini Januari masih ada sebagian wilayah yang masuk ke musim hujan. Bahkan diprediksi sampai Februari sebagian besar wilayah di Jawa Tengah mengalami puncak musim hujan," ujar Dwikorita, dikutip dalam keterangan yang dirilis Pemprov Jateng, Rabu (29/1/2025).

Dia mengatakan puncak musim penghujan berbeda-beda pada setiap daerah di Jateng, merentang dari November hingga Februari. "Artinya apa? Kami mengkhawatirkan bencana seperti di Pekalongan itu masih bisa terjadi karena belum semua mengalami puncak musim hujan," kata Dwikorita.

Oleh sebab itu, Dwikorita menyebut BMKG terus aktif menjalin koordinasi, tidak hanya dengan gubernur, tapi juga bupati, wali kota, hingga kepala desa di Jateng yang daerahnya diprediksi masih bakal terdampak hujan ekstrem atau intensitas tinggi. Salah satu hal yang dilakukan BMKG adalah menginformasikan secara berkala kepada mereka via grup aplikasi perpesanan instan tentang perkembangan cuaca.

Dengan informasi perkembangan cuaca yang terus diperbarui, Dwikorita berharap jajaran pemerintah dari level gubernur hingga ke kepala desa bisa mengambil langkah-langkah mitigasi bencana. Termasuk mengevakuasi warga yang tinggal di daerah atau titik rawan banjir atau longsor.

"Kami BNPB, BMKG, pemerintah daerah, itu terus berupaya dan pernah kami lakukan juga modifikasi cuaca, baru selesai. Dan ini kemungkinan akan dimulai lagi karena menghadapi potensi peningkatan curah hujan mulai besok diprediksi sampai 31 Februari, itu akan ada peningkatan lagi," kata Dwikorita.

Operasi SAR di Kecamatam Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), resmi berakhir pada Senin (27/1/2025). Bencana banjir dan tanah longsor di wilayah tersebut menyebabkan 25 orang tewas dan satu lainnya masih dinyatakan hilang.

"Sudah satu pekan ini operasi SAR sebagaimana SOP dari teman-teman Basarnas. Upaya-upaya yang sudah dilakukan merupakan bagian dari kita membantu secara maksimal masyarakat," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencara Daerah (BPBD) Jateng, Bergas Catursasi Penanggungan, kepada Republika.co.id pada Senin (29/1/2024).

Dia mengatakan, selama sepekan operasi SAR, tim gabungan memang menghadapi beberapa kendala. "Namun pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin, termasuk upaya-upaya di luar operasi SAR. Misalnya, upaya perbaikan atau pembukaan jalan, pembuatan jembatan walaupun sifatnya masih darurat," ujarnya.

Bergas menyebut, selama sepekan, tim SAR gabungan berhasil menemukan jenazah dari 25 warga yang dilaporkan hilang. Dia menyebut masih terdapat satu warga hilang yang hingga operasi SAR ditutup belum ditemukan.

"Kalau operasi SAR sudah ditutup berarti tidak dicari. Tapi pihak keluarganya, istrinya (korban hilang), informasinya sudah menerima. Tapi ini baru info, resminya saya belum menerima," ujar Bergas.

Mengingat musim penghujan masih akan berlangsung, Bergas mengimbau masyarakat Jateng agar tetap waspada. Banjir dan tanah longsor melanda beberapa desa di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, pada Senin (20/1/2025). Hujan deras yang berlangsung selama berjam-jam menjadi pemicu bencana tersebut.

Desa Kasimpar menjadi desa paling terdampak. Sebagian besar korban jiwa akibat tanah longsor merupakan warga desa tersebut. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement