Rabu 29 Jan 2025 20:49 WIB

Fosil Muntahan Era Dinosaurus Berusia 66 Juta Tahun Ditemukan di Denmark

osil tersebut ditemukan Bennicke di Stevns Klint, sebuah tebing pantai.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Karta Raharja Ucu
Fosil (ilustrasi)
Foto: IST
Fosil (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Seorang pemburu fosil amatir di Denmark bernama Peter Bennicke telah menemukan sebongkah fosil muntahan yang diperkirakan berusia 66 juta tahun. Fosil tersebut ditemukan Bennicke di Stevns Klint, sebuah tebing pantai di selatan Kopenhagen yang terdaftar di UNESCO, pada Senin (27/1/2025).  

Bennicke menemukan fosil muntahan itu saat tengah berjalan-jalan. Fosil yang terdiri dari beberapa fragmen tersebut tertanam pada sebongkah kapur. Bennicke kemudian membawa fragmen-fragmen terkait ke Museum of East Zealand untuk dianalisis.

Setelah diperiksa, diketahui bahwa fosil yang ditemukan Bennicke adalah potongan lili laut, yakni spesies bawah laut yang berkerabat dengan bintang laut dan bulu babi. Para ahli di Museum of East Zealand memperkirakan bahwa fosil muntahan itu berasal dari akhir periode Cretaceous atau sekitar 66 juta tahun lalu. Pada masa itu dinosaurus masih eksis dan menjelajahi Bumi.

"Jenis penemuan ini dianggap sangat penting saat merekonstruksi ekosistem masa lalu karena memberikan informasi penting tentang hewan mana yang dimakan oleh yang mana," kata Museum of East Zealand dalam keterangannya, dikutip the Guardian, Selasa (28/1/2025).

Jesper Milan, paleontolog dan kurator di Museum of East Zealand, mengungkapkan, penemuan fosil muntahan dari zaman dinosaurus tersebut merupakan hal yang tak biasa. Menurutnya, penemuan itu dapat membantu menjelaskan hubungan rantai makanan prasejarah. "Ini memberi tahu kita tentang siapa yang memakan siapa 66 juta tahun lalu," ucap Milan saat diwawancara BBC.

"Penemuan ini merupakan gambaran unik tentang situasi sehari-hari di dasar laut Cretaceous, laut tempat dinosaurus hidup," tambah Milan.

Dia menjelaskan, selama periode tersebut, ikan dan hiu akan memakan bunga lili laut yang sulit dicerna. "Teratai laut bukanlah makanan yang sangat bergizi, karena sebagian besar terdiri dari lempengan berkapur yang disatukan oleh beberapa bagian lunak," ujarnya.

"Namun, ini adalah hewan, mungkin sejenis ikan, yang 66 juta tahun lalu memakan teratai laut dan memuntahkan bagian kerangkanya," tambah Milan.

Penemuan fosil muntahan di Kopenhagen dipandang akan berkontribusi pada upaya yang sedang berlangsung untuk merekonstruksi ekosistem purba dan lebih memahami hubungan antar-spesies.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement