REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam upaya mencetak lulusan berkualitas dan relevan dengan kebutuhan industri, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) berhasil melahirkan sebuah penelitian kolaboratif antara dosen dan mahasiswa yang tak hanya berkontribusi pada dunia akademik, tetapi juga industri. Penelitian yang mengangkat topik brand equity merek Eiger di Tangerang ini diterbitkan dalam jurnal terdaftar SINTA 5.
Karya ilmiah ini merupakan implementasi dari pendekatan Project-Based Learning (PBL), yang mengintegrasikan teori dan praktik lapangan. Penelitian ini mempelajari elemen-elemen utama brand equity Eiger, termasuk brand awareness, brand association, brand perceived quality, dan brand loyalty, dengan menggunakan metode campuran (mixed methods).
Penelitian ini merupakan karya dari mahasiswa UBSI yang terdiri dari, Asep Rana Purwadi, Rafelia Aurelian, Kharisma Dewi Yasinta dan Dini Yerinda. Asep salah satu penulis mengungkapkan bahwa penelitian ini menemukan bahwa Eiger memiliki tingkat brand awareness tinggi (97,9 persen), tetapi disarankan untuk lebih memaksimalkan strategi pemasaran digital, seperti melalui media sosial dan kerja sama dengan influencer.
"Hasil penelitian juga memberikan rekomendasi untuk memperluas portofolio produk, seperti menambahkan perlengkapan masak untuk camping dan desain bernuansa alam. Desain dengan elemen motif lokal, seperti batik, dapat menjadi identitas unik Eiger di pasar global," ungkapnya dalam keterangan rilis, Senin (30/1/2025).
Ia menjelaskan, dalam aspek brand loyalty, penelitian menunjukkan 44,8 persen responden termasuk dalam kategori committed buyer, tetapi tantangan tetap ada karena 57,3 persen tergolong switcher atau mudah beralih ke merek lain. Untuk itu, penelitian menyarankan strategi seperti penyesuaian harga, koleksi limited edition, dan peningkatan kualitas produk dengan material tahan cuaca ekstrem.
Menanggapi hal ini, Muhammad Abdullah dosen pembimbing mengatakan bahwa penelitian berbasis proyek ini membantu mahasiswa memahami tantangan nyata di industri. Ia mengaku selalu memotivasi mahasiswa agar tetap fokus dan kreatif dalam menemukan solusi, sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang relevan dan aplikatif.
"Mentor saya selalu menyampaikan, sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat bagi orang lain. Dalam mencapai manfaat, pasti ada kesulitan, karena kesulitan adalah bagian dari proses pembelajaran," ujarnya.
Sementara itu, Eka Dyah Setyaningsih, Ketua Program Studi Manajemen UBSI, menambahkan bahwa pendekatan PBL tidak hanya mengasah kemampuan akademik mahasiswa, tetapi juga meningkatkan soft skills mereka, seperti kerja tim dan kemampuan analisis kritis.