Kamis 30 Jan 2025 12:10 WIB

Penjualan Starbucks Belum Pulih Juga, CEO Baru Rencanakan PHK Lagi?

Laba Starbucks tercatat sebesar 780,8 juta dolar AS, turun 23,8 persen (yoy).

Para barista berunjuk rasa di depan Starbucks di Los Angeles, California, AS, 23 Desember 2024.
Foto: REUTERS
Para barista berunjuk rasa di depan Starbucks di Los Angeles, California, AS, 23 Desember 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, SEATTLE -- Kinerja Starbucks belum pulih setelah diterpa berbagai guncangan mulai dari boikot hingga kasus dengan asosiasi kepegawaiannya sendiri. Pada Selasa (28/1/2025), raksasa kopi Seattle itu melaporkan penurunan laba dalam hasil keuangan kuartal pertamanya di bawah CEO baru.

Meski demikian, pendapatan tersebut disebut masih melampaui ekspektasi karena ada berbagai uji coba program 'penyegaran'. Dilansir Daily Sabah, laba Starbucks tercatat sebesar 780,8 juta dolar AS, turun 23,8 persen dari level tahun lalu. Pendapatan turun 0,3 persen, menjadi sedikit di bawah 9,4 miliar dolar AS.

Baca Juga

CEO Starbucks, Brian Niccol mengatakan sejumlah langkah telah dilakukan sejak ia resmi menjabat pada September 2024 lalu. Ia melakukan perubahan yang berfokus pada pelanggan, seperti berhenti mengenakan biaya tambahan untuk susu non-dairy. Starbucks juga menghapus 30 persen menunya dengan alasan efisiensi waktu dalam membantu meningkatkan layanan dan mendorong lalu lintas toko.

Dalam konferensi panggilan dengan investor pada hari Selasa, Niccol juga mengumumkan, Starbucks berencana untuk melakukan PHK korporat yang tidak disebutkan jumlahnya, pada awal Maret. Sebelumnya, ia mengatakan telah menambah staf di beberapa toko dan bereksperimen dengan algoritma pemesanan yang memprioritaskan pelanggan di dalam toko, dan mengatur kecepatan pesanan seluler dengan lebih baik.

Menurutnya, ia berusaha mengembalikan Starbucks sebagai tempat nongkrong. Perusahaan bahkan berusaha menarik pelanggan dengan aturan baru yang mengharuskan orang untuk membeli sesuatu jika mereka ingin duduk atau menggunakan kamar kecil.

“Ini kembali ke inti dari apa yang membuat Starbucks menjadi pengalaman yang unik,” kata Niccol.

Penjualannya tercatat turun 4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penurunan itu kurang dari 5,5 persen yang diantisipasi analis, menurut FactSet. Itu juga lebih baik dari kuartal sebelumnya, ketika penjualan di toko yang sama global turun 7 persen.

Starbucks juga mengincar peningkatan penjualan di China. Niccol mengatakan, dia baru-baru ini mengunjungi pasar terbesar kedua Starbucks tersebut. Di sana, penjualan terhambat karena lebih banyak alternatif kopi yang lebih murah. Penjualan di China turun 6 persen pada kuartal fiskal pertama.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement