REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Perwakilan dari pemerintahan otonomi yang memproklamirkan diri yang dipimpin oleh Kurdi di utara Suriah untuk wilayah Kurdistan Irak, Fathullah Husseini, mengatakan bahwa rezim Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang dipimpin oleh Abu Mohammad al-Jolani akan jatuh.
Dikutip dari Mehrnews, Kamis (30/1/2025), berbicara dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Mehr, dia mengatakan bahwa konflik antara tentara Turki dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) terus berlanjut setiap hari di Bendungan Tishrin dan di Jembatan Qara Kozak, dimana Turki menargetkan warga sipil dan pasukan SDF dengan pesawat tak berawak (drone).
Turki berusaha untuk mengurangi peta wilayah berpenduduk Kurdi di Suriah dan daerah-daerah yang berada di bawah kendali mereka sehingga Kurdi tidak memiliki posisi yang kuat dalam negosiasi dengan rezim Jolani dan daya tawar mereka berkurang, Husseini menekankan.
Operasi balas dendam terhadap orang-orang Arab dan berbagai gerakan dan partai keagamaan di dalam dan sekitar Damaskus telah menjadi noda dan rezim Jolani yang memiliki latar belakang radikal dan tampaknya tidak mampu beradaptasi dan menerima tuntutan politik dan sipil dari warga sipil di daerah-daerah tersebut.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung oleh Amerika Serikat tidak akan meletakkan senjata mereka, karena mereka adalah pasukan defensif dalam geografi mereka, bukan pasukan ofensif, tambahnya.
Sementara itu, dikutip dari The New Arab, Kamis, Sekitar 70 ribu warga Kurdi telah kembali ke rumah-rumah mereka di Kota Afrin, barat laut Suriah, setelah penggulingan rezim Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu, demikian dikonfirmasi oleh para anggota dewan lokal pada awal pekan ini.
Kembalinya minoritas Kurdi Suriah terjadi ketika Tentara Nasional Suriah (SNA) yang didukung Turki mengevakuasi sejumlah pos pemeriksaan di wilayah tersebut, sementara ribuan penduduk Arab yang sebelumnya menetap di sekitar Afrin juga pergi.
Mereka yang kembali diperkirakan tidak akan menghadapi hambatan, kecuali bagi mereka yang memiliki hubungan dengan Pemerintahan Otonomi Suriah Utara dan Timur (AANES), yang dianggap sebagai payung politik bagi Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
BACA JUGA: Perburuan Tentara Israel di Brasil dan Runtuhnya Kekebalan Negara Zionis
SDF telah terlibat dalam bentrokan dengan SNA, pertempuran yang meningkat pesat sejak kejatuhan Assad dan menyebabkan ratusan orang terbunuh. Wilayah utara dan timur Suriah yang dikuasai oleh SDF masih memiliki populasi mayoritas Arab yang menyebabkan beberapa bentrokan dengan kelompok yang didominasi oleh Kurdi.
Namun, beberapa pengungsi yang kembali telah ditangkap, menurut anggota dewan lokal Azad Osman, yang mengatakan bahwa para pemuda yang kembali telah ditahan oleh kelompok-kelompok bersenjata dengan tuduhan memiliki hubungan dengan pemerintahan yang dipimpin oleh Kurdi di daerah tersebut.