Jumat 31 Jan 2025 16:23 WIB

Nama Muhammad Disebut Dalam Taurat dan Injil

Kabar tentang datangnya nabi akhir zaman sudah disebut dalam kitab terdahulu.

ILUSTRASI Nabi Muhammad SAW.
Foto: Republika.co.id
ILUSTRASI Nabi Muhammad SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sesungguhnya, kabar mengenai datangnya rasul akhir zaman sudah tercantum dalam kitab-kitab terdahulu, termasuk Taurat dan Injil. Alquran pun menegaskan keterangan tersebut. Lihat, misalnya, surah al-A’raf ayat 157, yang artinya, “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.”

Diriwayatkan dari al-'Irbadh bin Sariyah, Rasululah bersabda, “Akan kuberitahukan kalian tentang keberadaanku. Aku adalah doa Nabi lbrahim, kabar gembira Nabi Isa, dan mimpi yang dialami oleh ibuku dan ibu-ibu para Nabi terdahulu.”

Baca Juga

Dalam surah Ali Imran ayat 81 juga dijelaskan mengenai ciri-ciri utusan Allah di akhir zaman. Ayat itu berarti, “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.’ Allah berfirman, ‘Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?’ Mereka menjawab, ‘Kami mengakui.’ Allah berfirman, ‘Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.’”

Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna surah tersebut, “Allah tidak mengutus seorang Rasul sejak mulai Nabi Adam dan seterusnya kecuali Dia menyuruh mereka berjanji jika Muhammad diutus dan mereka masih hidup, maka mereka wajib beriman kepada beliau, menolong beliau, dan memerintahkan kaum mereka untuk berjanji pula seperti itu.”

Ibnu Abbas suatu kali bertanya kepada Ka'ab, “Apa yang engkau ketahui tentang Rasulullah SAW dalam kitab Taurat?” Ka'ab menjawab, “Kami mendapati, beliau adalah Rasulullah, lahir di Makkah. Tempat hijrah beliau adalah Thabah (Madinah). Kekuasaan beliau berada di Syam. Beliau bukan orang yang keji, tidak pula suka berteriak di pasar, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi beliau suka memberi maaf.”

Ka'ab meneruskan, “Kami mendapati di dalam Taurat tertulis, Muhammad adalah Rasulullah, bukan orang yang keji, bukan pula orang yang bersifat kasar, dan tidak suka berteriak di pasar, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi suka memaafkan. Umat beliau adalah orang-orang yang suka memuji Allah, bertakbir pada setiap tempat, bertahmid pada setiap rumah.”

Ihwal datangnya Nabi Muhammad SAW sudah diketahui para pendeta Nasrani dari kitab mereka. Berikut kisah al-Mughirah bin Syu'bah ketika mendatangi Raja Mesir al-Muqauqis. Mesir saat itu dalam kekuasaan Imperium Romawi. Kota terbesarnya adalah Aleksandria atau al-Iskandariah.

Al-Mughirah berkata kepada pemimpin Mesir itu, “Sesungguhnya Muhammad adalah seorang Nabi dan Rasul. Jikalau beliau berdakwah ke bangsa Qibthi (Mesir) dan Romawi, maka mereka akan mengikuti beliau.”

Al-Mughirah menimpali, “Ketahuilah, aku pernah tinggal di Iskandariah. Tidak kulewati satu gereja pun kecuali aku masuk ke dalamnya dan bertanya kepada para uskupnya—baik itu dari bangsa Mesir maupun Romawi—tentang sifat Nabi Muhammad SAW yang mereka dapati (dalam kitab Injil).”

Raja Mesir itu meneruskan kisahnya, “Aku bertemu dengan seorang uskup dari bangsa Mesir, yaitu ketua gereja Abi Yahnus. Biasanya, mereka (jamaat) datang kepadanya dengan membawa orang yang sakit di antara mereka dan meminta agar orang itu didoakan. Aku tidak pernah melihat seseorang yang melakukan shalat lima waktu lebih giat darinya. Maka, aku berkata (kepada Abi Yahnus), ‘Beritahulah aku apakah masih ada seorang nabi lagl?’

la menjawab, ‘Ya, dia itu nabi yang terakhir. Tidak terdapat satu nabi pun antara ia dan Isa bin Maryam. Ia adalah nabi yang kita diperintahkan oleh Nabi Isa untuk mengikutinya. Ia adalah seorang nabi yang buta huruf dan berbangsa Arab. Namanya adalah Ahmad.’

Pendeta itu melanjutkan kata-katanya, ‘Dia (Ahmad) tidak tinggi dan tidak pula pendek. Pada kedua matanya terdapat warna merah. la tidak berkulit putih dan tidak pula sawo matang. Pedangnya berada di atas bahunya. Ia tidak peduli dengan siapa ia berhadapan. Ia memulai perang dengan dirinya sendiri. Bersamanya, terdapat para shahabatnya yang mengorbankan jiwa mereka untuknya. Mereka sangat mencintai beliau melebihi dari anak dan orangtua mereka.’

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement