Sabtu 01 Feb 2025 22:37 WIB

Enam Negara Arab Kompak Tolak Gagasan Trump Relokasi Warga Gaza Keluar dari Palestina

Mereka menegaskan kembali realisasi solusi dua negara atas konflik Israel-Palestina.

Warga Palestina berpelukan saat berjalan kaki pulang kembali menuju rumah mereka di Jalur Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Ribuan warga Palestina untuk pertama kalinya kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza Utara yang sebelumnya ditutup oleh Israel.
Foto: AP Photo/Abed Hajjar
Warga Palestina berpelukan saat berjalan kaki pulang kembali menuju rumah mereka di Jalur Gaza Utara, Senin (27/1/2025). Ribuan warga Palestina untuk pertama kalinya kembali ke rumah mereka di wilayah Gaza Utara yang sebelumnya ditutup oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Enam negara Arab lewat pertemuan di Kairo, Mesir pada Sabtu (1/2/2025) secara resmi menolak gagasan pemindahan warga Palestina dari Gaza. Mereka menegaskan kembali pelaksanaan solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina.

Pertemuan yang berlangsung atas undangan Mesir dan dihadiri oleh wakil dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Yordania, Palestina, dan Liga Arab ini mengeluarkan pernyataan bersama yang menekankan pentingnya bekerja menuju perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah. Pernyataan tersebut juga menyatakan dukungan untuk kolaborasi dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump dalam upaya mencapai perdamaian komprehensif di wilayah tersebut, yang didasarkan pada solusi dua negara.

Baca Juga

Negara-negara peserta mengungkapkan penolakan kuat terhadap segala upaya yang melanggar hak-hak tak terpisahkan dari warga Palestina. Hal itu termasuk aktivitas pemukiman, pengusiran paksa, penghancuran rumah, aneksasi tanah, atau langkah-langkah apa pun yang mendorong pengungsian atau pemindahan warga Palestina dari tanah mereka.

Enam negara tersebut menyerukan kepada komunitas internasional, khususnya kekuatan dunia dan Dewan Keamanan PBB, untuk segera mengambil tindakan menuju pelaksanaan solusi dua negara. Pertemuan ini diadakan setelah pernyataan berulang dari Trump yang menyarankan untuk "membersihkan" Gaza dan memindahkan warga Palestina ke Mesir dan Yordania, menggambarkan wilayah tersebut sebagai "tempat pembongkaran."

Namun, kedua negara tersebut dengan tegas menolak setiap seruan untuk pengungsian atau pemindahan warga Palestina dari tanah mereka. Usulan Trump muncul setelah perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku di Gaza pada 19 Januari, menghentikan sejenak perang Israel, yang telah menewaskan lebih dari 47.400 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.

Serangan Israel tanpa jeda itu telah mengubah Gaza menjadi puing-puing dan reruntuhan. Usulan Trump tersebut mendapat kecaman luas, dengan para kritikus menyebutnya sebagai "pembersihan etnis" dan "kejahatan perang."

Banyak negara di dunia Muslim dan Arab, serta negara-negara Eropa seperti Prancis, dengan tegas menolak gagasan tersebut.

 

sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement