Senin 03 Feb 2025 15:32 WIB

Serapan Beras Bulog Baru 14.500 Ton dari Target 3 Juta Ton

Pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk menyerap tiga juta beras dari petani.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja memanggul karung berisi beras di gudang Perum Bulog Umbul Tengah, Kota Serang, Banten.
Foto: ANTARA FOTO/Putra M. Akbar
Pekerja memanggul karung berisi beras di gudang Perum Bulog Umbul Tengah, Kota Serang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk menyerap tiga juta beras dari petani hingga April 2025. Kepala Divisi Hubungan Kelembagaan Perum Bulog Epi Sulandari menyampaikan realisasi penyerapan yang dilakukan Bulog masih relatif rendah untuk awal 2025.

"Sebagai informasi, penyerapan gabah sampai per kemarin itu sekitar 14.500 ton. Kalau dibandingkan dengan target 3 juta itu masih kecil," ujar Epi dalam seminar nasional Indef bertajuk "Outlook Sektor Pertanian 2025 dan Launching Buku Transformasi Sistem Pangan dan Pertanian" di Jakarta, Senin (3/2/2025).

Baca Juga

Namun, Epi menyampaikan serapan Bulog pada Januari 2025 lebih tinggi dua hingga tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Epi mengatakan serapan Bulog pada Januari 2024 hanya berkisar di angka 5.000 ton hingga 6.000 ton.

"Dengan adanya kebijakan bahwa kita membeli gabah petani Rp 6.500, dengan sudah dilengkapi juknis Bapanas, itu jadi dasar bagi kami untuk mempercepat pembelian gabah petani," sambung Epi.

Bulog, lanjut Epi, berkomitmen menyerap tiga juta ton beras dari hasil produksi dalam negeri hingga April 2025. Epi memastikan Bulog tidak akan melakukan impor beras sesuai dengan penugasan yang diberikan pemerintah.

"Dalam perencanaan kami, tahun ini tidak ada impor sebagaimana penugasan yang diberikan, dan 100 persen kita akan melakukan pembelian gabah dan berasnya di dalam negeri," ucap Epi.

Epi menjelaskan Bulog telah mendapat mandat menyerap dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp 6.500 per kilogram di tingkat petani. Namun, Epi mengakui tantangan operasional cukup besar mengingat lokasi petani yang bervariasi dan adanya biaya tambahan yang perlu diperhitungkan.

"Tingkat petani itu posisinya macam-macam, lokasinya macam-macam, ada lokasi di tengah sawah, lokasi di pinggir sawah, dan di penggilingan. Itu ada biaya-biaya yang mungkin akan mendampingi harga dari petani tersebut," ujar Epi.

Epi juga memastikan Bulog terus menjaga ketersediaan stok beras untuk memastikan stabilitas pasokan. Saat ini stok beras di gudang Bulog mencapai 1,9 juta ton, dan pihaknya berupaya mempertahankan stok sekitar dua juta ton.

Namun demikian, Epi mengungkapkan Bulog menghadapi kendala terkait kapasitas gudang yang terbatas. Dari total 1.600 unit gudang yang dimiliki, beberapa di antaranya tidak dapat digunakan maksimal.

"Beberapa gudang dipakai untuk gudang kemasan, ada gudang yang dipakai untuk makanan rusak, dan gudang dengan ketinggian tumpukan yang tidak bisa maksimal. Kita sudah melakukan kerja sama dengan ID Food, TNI, dan beberapa pemda yang memiliki pergudangan untuk dapat kita jadikan sebagai gudang filial Bulog," kata Epi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement