Senin 03 Feb 2025 16:45 WIB

Keluh Kesah Pedagang Kecil Mencari LPG 3 Kg, Baru Dapat Setelah Keliling Hampir 10 Warung

Bukan hanya warga biasa, sejumlah pedagang juga sulit mencari LPG 3 kg.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas melayani warga saat membeli gas elpiji 3 kg dalam operasi pasar di Batam, Kepulauan Riau, Senin (16/9/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Teguh Prihatna
Petugas melayani warga saat membeli gas elpiji 3 kg dalam operasi pasar di Batam, Kepulauan Riau, Senin (16/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah warga mengaku kesulitan untuk mencari liquefied petroleum gas atau LPG 3 kilogram (kg) untuk kebutuhan sehari-hari. Bukan hanya warga biasa, sejumlah pedagang juga merasakan hal yang sama.

Seorang pedagang ayam goreng di kawasan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Oki (22 tahun), mengaku sangat kesulitan untuk mencari LPG 3 kilogram sejak dua hari terakhir. Padahal, biasanya gas melon itu sangat mudah didapatkan di warung madura.

Baca Juga

"Sudah dua warung dan dua agen saya datengin, gas kosong semua," kata dia saat ditemui Republika, Senin (3/2/2025).

Menurut dia, warung dang agen itu beralasan belum mendapatkan pasokan LPG dari Pertamina. Alhasi, tabung-tabung gas yang berada di warung-warung dan agen hampir semuanya kosong.

Oki menilai, kelangkaan LPG 3 kilogram itu otomatis membuat para pedagang makanan kesulitan. Pasalnya, gas melon merupakan kebutuhan utama untuk para pedagang memasak makanananya.

Ia pun berharap pasokan gas di warung-warung dapat kembali normal. Sebab, para pedagang akan kesulitan apabila harus membeli gas ke agen atau pangkalan lantaran jaraknya tidak dekat dari tempatnya berjualan.

"Harga naik enggak apa-apa, asal barang ada. Daripada harga murah, barang susah," ujar dia.

Hal serupa juga dirasakan oleh Doni (43), seorang penjual gorengan di kawasan Kebagusan, Jakarta Selatan. Menurut dia, kelangkaan gas melon itu sudah terjadi sejak tiga hari terakhir.

"Sudah dari tiga hari lalu (langka), cuma yang parah hari ini," kata lelaki yang telah berjualan gorengan sejak 20 tahun terakhir itu.

Doni mengaku, dalam sehari bisa menghabiskan dua tabung LPG 3 kilogram untuk kebutuhan berjualan gorengan. Biasanya, kebutuhan gasnya selalu diantarkan oleh warung dengan harga Rp 21 ribu per tabung. Namun, hari ini ia tak mendapatkan pasokan gas melon.

"Enggak ada. Orangnya (yang biasa antar) juga enggak dapat gas," ujar dia.

Alhasil, ia pun harus mencari sendiri gas melon untuk berjualan. Hampir 10 warung didatangi Doni, tapi hasilnya nihil. Ia baru mendapatkan LPG 3 kilogram di sebuah warung madura. Itu pun, ia hanya bisa mendapatkan satu tabung.

Harga gas di warung itu pun lebih mahal, yaitu Rp 21 ribu per tabung. Padahal, biasanya harga Rp 21 ribu per tabung sudah dengan ongkos antar ke tempatnya menjajakan gorengan.

"Dapet di warung belakang. Cuma dapet satu doang. Nyari sudah hampir 10 warung," kata dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement