REPUBLIKA.CO.ID, Wall Street Journal (WSJ) dalam laporannya pada Ahad (2/2/2025), mengungkapkan bahwa Hamas telah membuat malu Israel lewat cara mereka melepaskan para sandera secara bertahap sebagai bagian dari kesepakatan gencata senjata di Gaza. Seperti dikutip WSJ, penelitian lembaga Rory Jones and Summer Said mengklaim bahwa Hamas secara sengaja dan lewat perencanaan detail, ingin membuat pelepasan sandera sebagai suatu pertunjukan dengan tujuan tertentu.
Sebagai contoh, saat dua sandera dilepaskan di dekat rumah almarhum petinggi Hamas, Yahya Sinwar di Khan Younis pada Kamis (31/1/2025), seremoni pembebasan saat itu menjadi begitu dramatis dan jadi bahan pemberitaan media massa internasional. WSJ mengutip sumber, rencana Hamas adalah melepaskan setiap tawanan satu persatu lewat cara yang sulit sebagai demonstrasi unjuk kekuatan dan merusak reputasi Israel di mata dunia.
Pada Sabtu (1/2/2025), giliran tawanan berdwikewarganegaraan Israel-AS, Keith Shmuel Segal (65) dilepaskan oleh Brigade Al-Qassam di pelabuhan Gaza, lewat seremoni yang seperti ingin menunjukkan eksistensi kekuatan Hamas. Menurut laporan Al Jazeera, adegan pelepasan Keith Segal adalah pesan pembangkangan Hamas terhadap Israel.
Segal diserahkan oleh Unit Bayangan Al-Qassam ke ICRC di bawah pengamanan ketat oleh berbagai divisi militer Al-Qassa, termasuk infrantri, penembak jitu, dan unit anti-armor. Tampak latar raksasa yang menampilkan foto-foto para syuhada petinggi Hamas termasuk Muhammad Al Deif.
Kejutan besar terjadi lewat kehadiran komandan Batalion Al-Shati, Haitham Al-Hawajri, dengan seragam militer lengkap. Kehadirannya, seperti disebutkan oleh koresponden Al Jazeera di Gaza, sangat signifikan bagi Hamas lantaran sebelumnya Israel pernah mengklaim Al-Hawajri tewas terbunuh dalam sebuah pertempuran.
Sejak pagi, ratusan warga Palestina sudah menunggu di pelabuhan Gaza untuk menyaksikan pelepasan Segal. Sebagian wanita melempar bunga ke arah pejuang Al-Qassam, dan permen-permen didistribusikan sebagai bagian dari perayaan. Kebanyakan yang hadir adalah para pengungsi dari utara Gaza yang sekarang kembali ke rumah lewat area pelabuhan.
Menurut Al Jazeera, pelabuhan Gaza dipilih Hamas melepaskan Segal sebagai simbol pengingat atas kelanjutan Hamas sebagai pemegang otoritas di Gaza. Momen pelepasan Segal sangat jelas sebagai pesan dari Hamas kepada Israel bahwa mereka tetap bisa mempertahankan hukum dan keamanan di Gaza meski di bawah kendali operasi militer Zionis.
Kendaraan warna putih yang digunakan untuk pertukaran tawanan juga menjadi simbol psikologi yang kuat bagi warga Israel. Kendaraan-kendaraan itulah yang pada 7 Oktober digunakan para militan Hamas melancarkan serangan dan menangkapi sandera Israel.
Situasi berbeda terjadi di Tel Aviv saat proses pelepasan sandera disiarkan langsung oleh stasiun televisi. Merujuk laporan WSJ, warga Israel syok tak menyangka saat menyaksikan siaran langsung pembebasan sandera. Mereka kaget bahkan sampai bertepuk tangan gembira saat para sandera dilepaskan Hamas, meski tragedi 7 Oktober 2023 masih tak lekang di ingatan mereka.
View this post on Instagram