Rabu 05 Feb 2025 05:31 WIB

Permintaan Para Pengecer LPG 3 Kg Jika Mereka 'Dipaksa' Menjadi Sub Pangkalan

Pengecer LPG 3 kg tidak mau kehilangan keuntungan dari penjualan.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Andri Saubani
Pedagang eceran gas elpiji 3 kg membawa tabung gas kosong di Pasar Bangunharjo Manahan Solo, Jawa Tengah, Selasa (4/2/2025). Untuk mengatasi kesulitan akses elpiji 3 kg di masyarakat, pemerintah mengaktifkan kembali pengecer gas elpiji 3 kg yang ada untuk berjualan dan mendorong para pengecer dapat mendaftarkan diri sebagai subpangkalan resmi guna melindungi rakyat sebagai konsumen terakhir.
Foto: ANTARA FOTO/Maulana Surya
Pedagang eceran gas elpiji 3 kg membawa tabung gas kosong di Pasar Bangunharjo Manahan Solo, Jawa Tengah, Selasa (4/2/2025). Untuk mengatasi kesulitan akses elpiji 3 kg di masyarakat, pemerintah mengaktifkan kembali pengecer gas elpiji 3 kg yang ada untuk berjualan dan mendorong para pengecer dapat mendaftarkan diri sebagai subpangkalan resmi guna melindungi rakyat sebagai konsumen terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menegaskan, ke depannya pengecer LPG 3 kilogram (kg) wajib menjadi sub pangkalan. Sejumlah pedagang elpiji eceran di Jakarta Selatan meminta kepada PT Pertamina Patra Niaga Manisa untuk memberikan harga khusus jika usahanya diubah menjadi sub pangkalan demi tetap bisa mendapatkan keuntungan.

"Ya, kami minta harga untuk pedagang pengecer atau sub pangkalan dikurangi agak lumayan, supaya kita ada uang lebih untuk bayar kontrakan, untuk makan dan anak sekolah," kata salah satu pengecer Manisa (57) saat ditemui di agensi elpiji resmi kawasan Gandaria Selatan Jakarta, Selasa (4/2/2025).

Baca Juga

Manisa mengatakan itu terkait pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia bahwa pengecer LPG (elpiji) tiga kilogram atau biasa disebut "gas melon" ini dapat kembali beroperasi pada Selasa ini, namun berganti menjadi sub pangkalan. Dia menegaskan, tidak masalah jika nantinya menjadi sub-pangkalan, namun hal itu tidak mengurangi keuntungan usaha yang sedang dijalankannya.

Terlebih, keuntungan yang didapatkannya tidak seberapa dan semakin hari semakin banyak pedagang yang juga menjual elpiji secara eceran.

"Semakin hari saingan semakin banyak, umpama sehari cuma bisa jual lima tabung, saya jual cuma Rp23 ribu. Kalau jual lima tabung, untung cuma Rp15 ribu," ujarnya.

Kemudian, pedagang lainnya bernama Deni (41) menyetujui jika ada potongan bagi pedagang eceran jika nantinya menjadi sub-pangkalan. Nantinya harga penjualan akan menyesuaikan. Menurut dia, pembelinya tidak mengkhawatirkan harga elpiji menjadi naik lantaran jarak yang menjadi penting bagi mereka.

"Warga tak masalah harga elpiji sampai Rp25 ribu yang penting dekat dengan mereka," ujar Deni.

Sementara, pedagang eceran bernama Yogi (33) menambahkan dirinya sudah mendaftar menjadi pangkalan, namun masih menunggu mendapatkan agen untuk menyuplai elpiji. Di sisi lain, lanjut dia, Pertamina menyarankan untuk kembali lagi ke pangkalan demi mengganti nama baru dari pengecer menjadi sub-pangkalan.

"Jadi, itu bersifat sementara, sampai saya mendapatkan agen. NIK yang sebelumnya sudah mendaftar sebagai pengecer dapat langsung bertransaksi sebagai sub-pangkalan," jelas Yogi.

Nantinya, jika sudah mendapatkan agen, usaha Yogi akan menjadi pangkalan resmi dan jumlah tabung yang dijual juga bisa bertambah. Kemudian, usai menjadi pangkalan resmi, nantinya keuntungan penjualan bisa diambil 10 persen dari alokasi.

photo
Cara mendapatkan LPG 3 kg di pangkalan. - (Tim infografis Republika)

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement