REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Industri fashion menjadi perhatian Emily Gittins sedari remaja. Fashion dikenal sebagai salah satu sektor paling mencemari lingkungan, dengan menyumbang hampir 10 persen dari total emisi CO2 dunia dan lebih dari 20 persen limbah air global.
Namun, permintaan pasar tetap tinggi, terutama dengan tren fast fashion. Ini adalah tren mode yang memproduksi pakaian secara cepat dan dijual dengan harga murah.
"Cara konsumsi fashion saat ini sangat bermasalah," kata Gittins yang berdomisili di California, AS, seperti dilansir TechCrunch, Rabu (5/2/2025).
Berangkat dari kekhawatiran ini, pada 2021, Gittins dan Ryan Rowe bekerja sama mendirikan Archive, perusahaan yang menyediakan perangkat lunak bagi jenama fashion untuk membangun platform penjualan kembali (resale) produk mereka. Platform ini memungkinkan merek menjual kembali produk lama, serta memungkinkan konsumen menjual pakaian bekas satu sama lain.
Archive bersaing dengan perusahaan seperti Trove dan Treet, yang juga menawarkan solusi serupa. Namun, Archive mengeklaim keunggulannya terletak pada kemampuannya melayani merek global di berbagai benua.
Fitur-fitur Archive mencakup penetapan harga otomatis, manajemen gudang untuk proses penyortiran, perbaikan, pengiriman, serta alat analisis keuntungan dan biaya. Platform ini juga memungkinkan integrasi dengan sistem internal merek untuk berbagi data. Saat ini, Archive telah bekerja sama dengan lebih dari 50 merek ternama, termasuk New Balance, The North Face, dan Oscar de la Renta.
Pasar barang bekas diperkirakan terus berkembang, dengan nilai mencapai 73 miliar dolar AS pada 2028, menurut laporan ThreadUp. Tren ini didorong oleh meningkatnya minat generasi muda terhadap opsi belanja yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya.
Potensi inilah yang menarik investor. Archive baru saja meraih pendanaan seri B sebesar 30 juta dolar AS, sehingga total pendanaan startup tersebut mencapai 54 juta dolar AS. Dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan teknologi dan memperluas pasar mereka.
“Pendanaan ini jadi berita baik karena artinya pasar resale semakin berkembang. Kami juga telah membuktikan bahwa penjualan kembali tidak mengurangi penjualan produk baru. Saat ini, kami sedang mempercepat ekspansi dan akan meluncurkan lebih banyak platform resale untuk merek baru pada tahun 2025,” kata dia.