REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pernyataan Presiden AS Donald Trump baru-baru ini untuk mengambil alih Gaza telah memicu kontroversi internasional. Hal itu telah dikritik oleh berbagai pemimpin dan analis global.
Usulannya mencakup rencana untuk memindahkan penduduk Palestina secara permanen dari Gaza dan membangun kembali wilayah yang hancur akibat perang, yang menimbulkan kekhawatiran tentang pembersihan etnis dan meningkatnya kerusuhan di Timur Tengah .
Kendati rencana ini tak terduga dari Trump, menurut surat kabar internasional, rencana ini sejalan dengan pernyataan-pernyataannya sebelumnya tentang perluasan kawasan, seperti gagasan untuk mengakuisisi Greenland atau mendapatkan kembali kendali atas Terusan Panama, tetapi usulan mengenai Gaza memiliki dampak yang berbeda, karena muncul pada saat yang sensitif setelah berbulan-bulan perang di kawasan tersebut.
Lokasi pembongkaran
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Washington Post, kolumnis Ishaan Tharoor menyoroti visi kontroversial Trump, yang mencakup "pengambilalihan Gaza dalam jangka panjang."
Menurut artikel tersebut, Trump mengusulkan selama pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Selasa agar Amerika Serikat mengambil alih pembangunan kembali Gaza, dengan mengatakan bahwa ia dapat mengubah Gaza dari "lokasi pembongkaran menjadi 'Riviera Timur Tengah'," merujuk pada Riviera Prancis yang mewah dan makmur secara ekonomi.