REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL — Serangan militer Israel yang membabi buta dan brutal dalam menjatuhkan ribuan bom selama 15 bulan terakhir aksi genosidanya di Jalur Gaza telah menghancurkan sebagian besar situs-situs sejarah dan arkeologi wilayah kantong Palestina tersebut.
Selain menghancurkan sekolah, rumah sakit, dan permukiman penduduk, kerusakan terhadap warisan budaya juga menimbulkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang bagi masyarakat Gaza dan dunia penelitian ilmiah.
Banyak situs bersejarah yang mengalami kerusakan parah akibat serangan brutal Israel tersebut. Menurut Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS), lebih dari 300.000 bangunan telah hancur sebagian atau sepenuhnya sejak Israel melakukan perang genosida terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023.
Besarnya skala kehancuran ini semakin memperkuat tuduhan bahwa Israel tengah melakukan "genosida budaya" di wilayah tersebut.
Arkeolog Simon Brelaud kepada Anadolu menyatakan dia menyoroti adanya penghancuran sistematis terhadap artefak dan situs sejarah.
Brelaud, yang pada 2013 bekerja dengan tim yang mempelajari artefak hasil penggalian di Gaza, menggambarkan berbagai kesulitan yang mereka hadapi saat melakukan ekskavasi.
Ia juga menuturkan bahwa rekan-rekannya di Palestina kerap menghadapi tantangan dalam mengumpulkan dan mendokumentasikan temuan mereka.“Sama seperti kebanyakan orang, saya tidak bisa masuk ke Gaza,” kata Brelaud.