Jumat 07 Feb 2025 19:57 WIB

Di Masjid Istiqlal, Guru Besar Al-Azhar Mesir Kritik Keras Trump Sebut Sosok Sombong

Trump kampanyekan relokasi warga Gaza ke negara tetangga.

Guru besar hukum internasional Universitas Al-Azhar Mesir, Syekh Muhammad Abdusshomad Muhanna
Foto: Nashih/ Republika
Guru besar hukum internasional Universitas Al-Azhar Mesir, Syekh Muhammad Abdusshomad Muhanna

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Guru Besar Hukum Internasional Universitas Al-Azhar Mesir Syekh Muhammad Abdusshomad Muhanna, mengkritik rencana Presiden Donald Trump yang ingin merelokasi warga Gaza dari tanah air mereka.

Rencana ini menurut Syekh Muhanna, begitu akrab disapa, adalah bentuk pelanggaran terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan yang luhur. Bahkan dia juga menyebut, rencana Trump merupakan pengkhianatan atas hukum internasional yang menganggap pengusiran semacam ini adalah kejatan dan kriminal.

Baca Juga

Syekh Muhanna pun menyebut Trump sebagai sosok yang sombong dengan menganggap manusia selain dia lebih rendah dan hina.

“Ini yang membayangi Trump sekarang dengan ilusi dan kesombongannya seakan dia lebih hebat dari apapun, merasa dirinya tidak akan pernah dimintai pertanggung jawabannya kelak,” kata dia saat menyampaikan paparan ihwal kemanusiaan dan bagaimana agama sangat menjunjung tinggi nilai-nilainya yang luhur.

Pernyataan itu disampaikan dalam Dialog Lintas Agama dan Simbolisasi Harmoni yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

Lebih lanjut dia menyebut Barat menyeret dunia ke arah peradaban dan budayanya dengan segala cara, baik yang sah maupun yang tidak sah.

Barat percaya bahwa peradabannya adalah satu-satunya peradaban baru yang tidak menjual, menjual, menjual, menjual, menjual, menjual. “Dia tidak menyadari bahwa dia sedang menyeret umat manusia ke dalam bencana yang nyata,” kata Syekh Muhanna yang juga Mursyid Tarekat asyirah Muhammadiyah Syadziliyah ini.

Dia mengatakan selama Barat percaya bahwa tidak ada peradaban lain selain peradaban Barat sebagai model satu-satunya untuk peradaban, selama tidak ada standar untuk kemanusiaan selain apa yang disajikan kepada dunia dalam istilahnya sendiri, selama tidak ada hak-hak bagi manusia untuk diteladani kecuali hak manusia Barat saja dan tidak ada standar kebenaran dan keadilan di luar aturan mereka saja, selama Barat percaya bahwa untuk mempurifikasi pemikiran manusia dan ekspresi manusia atas dasar meremehkan agama-agama, mengecilkan arti penting para nabi, nilai dan prinsip, selama mereka bertekad untuk mengadu domba manusia dengan agama, ilmu pengetahuan dengan agama, dan bumi dengan langit, maka citra orang lain tidak mungkin menjadi sesuatu kecuali citra yang buruk di cermin orang lain, atau hak dan kewajiban standarnya menjadi rusak, dan juga tidak mungkin untuk kebajikan menemukan jalan keluarnya, dan wawasan dialog tidak dapat menemukan jalan masuknya. "Timur akan tetap menjadi Timur dan Barat juga selamanya tetap Barat," tutur dia, mengutip sastrawan Riayard Kipling.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement