Jumat 07 Feb 2025 20:25 WIB

AS Deteksi Varian Baru Virus Flu Burung pada Sapi Perah

Varian D1.1 dikaitkan dengan kematian pertama di AS.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi flu burung.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi flu burung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah AS mendeteksi jenis virus flu burung H5N1 yang menginfeksi sapi perah di negara bagian Nevada. Temuan ini menunjukkan bahwa varian virus ini telah berpindah dari burung liar ke sapi setidaknya dua kali di AS, memicu kekhawatiran akan penyebaran yang lebih luas.

"Saya selalu berpikir bahwa penularan dari burung ke sapi adalah kejadian yang sangat langka,” kata Richard Webby, seorang ahli influenza di St Jude Children's research Hospital di AS.

Baca Juga

Varian sebelumnya yang dikenal sebagai B3.13 dikonfirmasi pada Maret 2024 setelah menginfeksi sapi pada akhir 2023. Virus ini telah menginfeksi lebih dari 950 ternak di 16 negara bagian.

Sementara itu, varian baru yang dikenal sebagai D1.1 terdeteksi pekan lalu pada sampel susu dari sapi di Nevada. Varian ini ditemukan melalui program pengawasan yang diluncurkan otoritas setempat pada bulan Desember.

"Sekarang kita tahu mengapa sangat penting untuk melakukan pengujian secara berkala," kata Angela Rasmussen, seorang ahli virus dari University of Saskatchewan yang membantu mengidentifikasi penularan pertama, seperti dilansir dari Euro News, Jumat (7/2/2025).

Varian D1.1 dikaitkan dengan kematian pertama di AS yang terkait dengan flu burung. Seorang pasien di Louisiana meninggal pada bulan Januari setelah mengalami gejala pernapasan parah setelah kontak dengan burung liar dan unggas rumahan. Virus ini juga dikaitkan dengan penyakit parah di Kanada, yang menyebabkan seorang gadis remaja dirawat di rumah sakit selama berbulan-bulan.

Setidaknya 67 orang di AS telah terinfeksi flu burung, mayoritas adalah pekerja yang berhubungan erat dengan sapi atau peternakan, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). Namun hingga kini, belum ada laporan tentang penularan dari manusia ke manusia.

Pemerintah AS juga berencana untuk merilis data genetika dan informasi lain tentang bentuk baru virus tersebut ke repositori publik akhir pelan ini. Para ilmuwan mengatakan hal itu akan menjadi kunci untuk memahami apakah penularan itu merupakan kejadian baru atau virus telah beredar sejak lama tanpa terdeteksi.

“Jika virus ini ternyata sudah ada di sapi selama beberapa bulan tanpa terdeteksi, itu bisa membuat masalah besar," kata Michael Worobey, seorang ahli biologi evolusi di Universitas Arizona di AS yang telah mempelajari virus H5N1 pada ternak.

Oleh karena itu, Worobey menekankan pentingnya transparansi dalam membagikan informasi terkait virus yang berpotensi pandemi. "Ini adalah bagian penting dari keamanan nasional, keamanan global, kesejahteraan manusia, hewan, dan bisnis,” tegas dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement