Jumat 07 Feb 2025 20:37 WIB

Kecelakaan Truk di Gerbang Tol Ciawi Harus Jadi Koreksi Semua Pihak

Korban menjadi lebih banyak disebabkan antrean kendaraan di pintu tol.

Petugas membersihkan sisa-sisa barang yang tercecer di lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) kecelakaan beruntun di Gerbang Tol Ciawi 2, Bogor, Jawa Barat, Rabu (5/2/2025). Pasca kecelakaan beruntun, antrean kendaraan terlihat memadati GT Ciawi 2. Polisi mengungkapkan dugaan penyebab kecelakaan enam kendaraan beruntun di Gerbang Tol Ciawi 2 yang menewaskan 8 orang dan belasan orang luka-luka pada Selasa (4/2/2025) sekitar pukul 23.30 WIB diduga akibat rem truk tronton pembawa galon blong. Mereka saat ini masih melakukan masih melakukan penyelidikan. Korban meninggal dunia maupun luka-luka langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi untuk menerima penanganan.
Foto: Republika/Prayogi
Petugas membersihkan sisa-sisa barang yang tercecer di lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) kecelakaan beruntun di Gerbang Tol Ciawi 2, Bogor, Jawa Barat, Rabu (5/2/2025). Pasca kecelakaan beruntun, antrean kendaraan terlihat memadati GT Ciawi 2. Polisi mengungkapkan dugaan penyebab kecelakaan enam kendaraan beruntun di Gerbang Tol Ciawi 2 yang menewaskan 8 orang dan belasan orang luka-luka pada Selasa (4/2/2025) sekitar pukul 23.30 WIB diduga akibat rem truk tronton pembawa galon blong. Mereka saat ini masih melakukan masih melakukan penyelidikan. Korban meninggal dunia maupun luka-luka langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi untuk menerima penanganan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kecelakaan yang terjadi di gerbang tol Ciawi, Bogor, harus menjadi koreksi dan evaluasi bagi semua pihak agar tidak terjadi lagi peristiwa yang sama di kemudian hari. Banyaknya korban dalam kecelakaan itu karena terjadinya penumpukan atau antrean kendaraan di pintu tol.

Hal tersebut disebabkan terjadinya kesulitan dari salah satu pengendara mobil yang tidak bisa menggunakan kartu e-Tollnya untuk membuka palang pintu tol. Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, mengatakan kecelakaan yang terjadi di gerbang pintu tol Ciawi ini tidak bisa hanya menyalahkan satu pihak saja seperti sopir truk yang mengalami rem blong yang kemudian menabrak semua mobil yang antre di pintu tol.

Baca Juga

Menurutnya, semua pihak, baik itu Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPR, Korlantas, dan pihak Jasa Raharja serta para pengemudi kendaraan harus bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa tersebut. "Terjadinya korban yang sangat banyak seperti yang terjadi pada kecelakaan di pintu tol Ciawi ini bisa saja dihindari jika semua pihak mematuhi regulasi yang ada,” ujarnya baru-baru ini.

Di balik terjadinya rem blong truk yang dikendarai sopir truk, menurut Agus, korban kecelakaan menjadi lebih banyak disebabkan antrean kendaraan di pintu tol karena kartu salah satu pengendara tidak bisa digunakan. Karenanya, dia mengingatkan para pengendara agar memeriksa terlebih dulu kartu e-Tollnya sebelum berkendara. Kini tidak ada lagi petugas yang menjaga gerbang tol.

“Harus dari kesadaran kita juga, bahwa kita sudah harus siapkan dana yang cukup segala macam buat lewat tol,” katanya.

Selain itu, kecelakaan yang terjadi juga disebabkan masalah regulator yang tidak bekerja dengan baik. Menurutnya, ini menyebabkan banyak pihak yang tidak menaati semua peraturan dan menyebabkan banyak terjadinya kecelakaan.

Dia mencontohkan penggunaan kamera ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement), yaitu kamera yang digunakan untuk menangkap pelanggaran lalu lintas di jalan tol yang hingga kini tidak ada kabarnya lagi. Begitu juga dengan penggunaan OBU (On Board Unit) untuk membaca perjalanan kendaraan saat melewati gerbang tol, yang tiba-tiba dihentikan Kementerian PUPR dan menggantinya dengan sistem Multi Lane Free Flow (MLFF) yang menggunakan teknologi Global Navigation Satelit System (GNSS) dari Hongaria.

“Tapi, sampai sekarang urusannya ini juga tidak jelas. Jadi mau bagaimana mengurangi kecelakaan di jalan tol?” ucapnya.

Dia juga menyoroti soal pembangunan gerbang tol yang salah. Menurutnya, gerbang tol yang ada saat ini banyak yang terlalu berbelok yang seharusnya dibuat agak sejajar dengan jalan tolnya. Dijelaskan, kondisi seperti itu membuat kendaraan terutama truk sulit untuk melewatinya.

“Sudah saya sampaikan juga ke operator agar diperbaiki. Tapi memang itu tergantung lahan, karena bangunnya kadang-kadang juga tidak dihitung dengan baik,” tukasnya.

Banyaknya terjadi kecelakaan di jalan tol itu juga disebabkan tidak dilatih supir-supir truk untuk bisa berkendara dengan baik. “Kan Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan itu tugasnya melatih para sopir-sopir itu supaya dapat bersertifikat,” ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement