Sabtu 08 Feb 2025 18:00 WIB

Antisipasi Penimbunan Gas Melon, Wamen ESDM: Kita Kerja Sama dengan Kepolisian

Ada anggaran negara untuk intervensi harga, sehingga harus tepat sasaran.

Rep:   Frederikus Dominggus Bata    / Red: Gita Amanda
Tumpukan tabung gas LPG 3 Kg yang kosong di salah satu warung kelontong di Kawasan Tebet, Jakarta, Kamis (6/2/2025). Meski pemerintah sudah kembali mengizinkan pengecer untuk berjualan gas LPG 3 Kg, Namun warung-warung atau pengecer dibanyak wilayah masih mengalami kekosongan stok  gas subsidi tersebut. Kekosongan stok gas 3 Kg ditingkat pengecer tersebut membuat mereka tak bisa melayani kebutuhan warga.
Foto: Republika/Prayogi
Tumpukan tabung gas LPG 3 Kg yang kosong di salah satu warung kelontong di Kawasan Tebet, Jakarta, Kamis (6/2/2025). Meski pemerintah sudah kembali mengizinkan pengecer untuk berjualan gas LPG 3 Kg, Namun warung-warung atau pengecer dibanyak wilayah masih mengalami kekosongan stok gas subsidi tersebut. Kekosongan stok gas 3 Kg ditingkat pengecer tersebut membuat mereka tak bisa melayani kebutuhan warga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengantisipasi penimbunan tabung Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram (kg). Itu menjadi salah satu bahaya laten.

Pasalnya, LPG tersebut bersubsidi. Ada anggaran negara untuk intervensi harga, sehingga harus tepat sasaran ke golongan yang berhak menerima. 

Baca Juga

Jangan sampai oknum tertentu menggunakannya sebagai bisnis, yang melanggar aturan. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung merespons hal itu. "Jadi untuk penimbunan, kita kan juga bekerja sama dengan kepolisian. Kita menghendaki itu jangan terjadi," kata Yuliot, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/2/2025).

Ia menegaskan, ini menjadi fokus pembahasan antarkementerian/Lembaga terkait, termasuk dengan aparat hukum. Pada intinya, pengawasan diperketat, sehingga meminimalisir bahkan menghilangkan pelanggaran di lapangan.

Pemerintah dikabarkan bakal membentuk badan khusus untuk mengawasi distribusi gas melon. Yuliot menjelaskan maksud pembentukan badan tersebut. Menurutnya, selama ini sudah ada badan pengawas migas di hilir.

Dari segi regulasi, jelas dia, untuk pengawasan ada di Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). "Jadi ya, kita juga kalau bisa diintegrasikan seluruh pengawasan itu, dilakukan oleh BPH Migas. Mungkin maksud pa menteri itu," ujar Wamen ESDM.

Ia menerangkan, pemerintah akan mengefektifkan hal itu. Menurutnya badan usaha pada umumnya sama, baik yang mendistribusikan minyak maupun gas. Tantangannya mengenai besaran harga, apakah bisa terimplementasikan dengan baik di seluruh Indonesia?

Masing-masing pemerintah daerah sudah menetapkan harga eceran tertinggi (HET). "Harapannya masyarakat menerima harga itu, sesuai dengan HET yang ditetapkan pemerintah," ujar Yuliot. 

Kembali ke isu badan khusus. Wamen ESDM menjelaskan, struktur pelaporannya sama seperti di minyak. Badan usaha penyalur gas harus melaporkan ke BPH Migas.

"Jadi nanti dia menyalurkan untuk LPG, apa saja badan usahanya, akan membuat laporan ke badan pengawas. Dalam hal ini, tanda kutip kita akan mengubah aturan terlebih dahulu, menambahkan beban kerja untuk BPH Migas," ujar Yuliot.

Saat ini subpangkalan atau warung kembali menjadi penyalur gas melon. Dengan adanya merchant applications pertamina (MAP), semua lebih terdata. Sehingga badan pengawas dapat memantau dari aplikasi tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement