Ahad 09 Feb 2025 08:41 WIB

Bagaimana Jika Prabowo Jadi Mediator Konflik Rusia-Ukraina? Ini Kata Diplomat Barat

Finlandia menegaskan tidak ada alasan bagi Rusia untuk menyerang Ukraina.

Dubes Finlandia untuk Indonesia Pekka Kaihilahti (kanan) dan Wakil Tetap Duta Besar Finlandia untuk PBB Louri Voioumaa (kiri) saat memberikan keterangan ke wartawan di Jakarta, Kamis (6/2/2025)
Foto: Republika
Dubes Finlandia untuk Indonesia Pekka Kaihilahti (kanan) dan Wakil Tetap Duta Besar Finlandia untuk PBB Louri Voioumaa (kiri) saat memberikan keterangan ke wartawan di Jakarta, Kamis (6/2/2025)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang Rusia-Ukraiana akan memasuki tahun ketiga pada Februari 2025. Dalam tiga tahun perang tersebut, sejumlah upaya untuk mendamaikan konflik tersebut terus dilakukan. Indonesia pernah menyatakan siap untuk menjadi mediator atas konflik tersebut

Lantas bagaimana respons negara Barat jika Indonesia di bawah Prabowo jadi mediator konflik?

Baca Juga

Wakil Tetap Duta Besar Finlandia untuk PBB Louri Voioumaa menyambut baik semua pihak yang ingin melakukan mediasi. Semua ide atau gagasan untuk mengatasi konflik, kata ia harus dicoba. "Tapi yang harus menjadi prinsip adalah kita mesti tanya Ukraina," ujarnya saat menjawab pertanyaan Republika dalam perbincangan dengan wartawan belum lama ini.

Louri Voioumaa datang ke Jakarta untuk menghadir pertemuan petinggi pasukan perdamaian PBB yang digelar di Sentul, Bogor pekan ini. Dalam pertemuan tersebut reformasi di tubuh pasukan perdamaian PBB menjadi pembahasan.

Menurut Louri ada sebuah garis tegas yang mesti dipegang. Mediator harus menjadi peace acceptable, dan dalam kasus ini Ukraina adalah pihak yang diinvasi. "Kita ingin Indonesia tetap sejalan dalam menegakkan hukum internasional," kata Louri menegaskan.

Louri menekankan invasi Rusia ke Ukraia telah memicu kemarahan, dan melanggar prinsip serta integritas/kedalautan suatu bangsa. Karena itu, Finlandia berharap, Indonesia mendukung Ukraina serta mengambil posisi tegas di PBB dalam setiap resolusi buat perdamaian. "Dan kita lihat sistem di PBB sedang dalam tekanan, Rusia adalah anggota DK PBB," katanya.

Dubes Finlandia untuk Indonesia Pekka Kaihilahti menyatakan, butuh mediator yang jujur dan memenuhi kriteria dalam upaya perdamaian Ukraina-Rusia. Ia menekankan ada perbedaan antara peace mediating dan peace making. Dalam peace making, maka mediator akan memaksa suatu perdamaian dan memaksa lainnya menyerah. "Dan ini tidak akan berkelanjutan," katanya.

Indonesia pernah menyampaikan keinginan untuk mediasi antara Rusia-Ukraina di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi. Mantan wali kota Solo itu bahkan bertemu langsung Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Ukraina Zelensky. Namun ketegangan dengan ketegangan masih berlangsung hingga sekarang.

Pihak Rusia berulangkali menegaskan, apa yang mereka lakukan saat ini adalah untuk membela dan mempertahankan diri. Moskow menuding negara-negara Barat telah menyebarkan kebohongan.

Namun Dubes Pekka, bertanya-tanya dengan alasan Rusia tersebut. Karena di antara negara di kawaran seperti Finlandia dan Ukraina, Rusia merupakan negara terbesar. Tidak ada alasan bagi Rusia untuk menyerang Ukraina.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement