REPUBLIKA.CO.ID, PARIS — Produsen pesawat Airbus menyatakan akan menunda pengembangan pesawat komersial bahan bakar hidrogen hingga pertengahan dekade ke depan. Perusahaan Eropa itu mengatakan pengembangan teknologi ini berlangsung lebih lambat dari yang diperkirakan.
Penundaan ini menjadi tanda kemunduran ambisi Airbus sebagai pionir penggunaan bahan bakar hidrogen di industri penerbangan, target yang dibanggakan CEO Airbus Guillaume Faury sejak disampaikan lima tahun yang lalu. Airbus tidak mengungkapkan kerangka waktu untuk proyek ini.
Namun serikat pekerja Force Ouvriere mengatakan pekan lalu mereka diberitahu perkembangan teknologi pesawat bahan bakar hidrogen lima sampai 10 tahun lebih lambat untuk mencapai target awal untuk dapat diadopsi pada 2035. “Hidrogen berpotensi menjadi sumber energi transformatif untuk penerbangan, tetapi kami mengakui pengembangan ekosistem hidrogen, termasuk infrastruktur, produksi, distribusi dan kerangka kerja regulasi, merupakan tantangan besar yang membutuhkan kolaborasi dan investasi global,” kata Airbus dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (7/2/2025).
Para pejabat Airbus mengakui rencana untuk memproduksi pesawat bertenaga hidrogen yang kemungkinan besar turboprop, untuk 100 orang hanya akan memberikan kontribusi kecil terhadap target sektor penerbangan untuk mencapai nol emisi pada 2050. Tetapi mereka berpendapat hal ini akan membuka jalan untuk adopsi yang lebih besar di masa depan.
Saat ini industri penerbangan masih mengandalkan bahan bakar berkelanjutan (SAF) untuk mencapai target nol-emisi. Sementara sumber SAF masih langka. Pengamat memuji proyek yang menarik perhatian ini karena membantu meredakan kekhawatiran politik atas dampak penerbangan terhadap emisi di beberapa negara Eropa, sekaligus membuka pendanaan yang sangat dibutuhkan untuk sektor ini selama krisis Covid-19.
Faury berulang kali mengatakan hidrogen akan masuk dalam ekosistem penerbangan dalam beberapa dekade ke depan. Ia mendorong Eropa untuk memimpin upaya tersebut.