Senin 10 Feb 2025 05:24 WIB

Akhlak Nabi dan Luluhnya Kebencian

Inilah sebuah kesaksian tentang kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW.

Ilustrasi Nabi Muhammad SAW
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adi bin Hatim adalah kepala suku Thai yang disegani. Dia menerima warisan kepemimpinan dari bapaknya. Sebagaimana kepala suku Arab umumnya waktu itu, Adi menerima seperempat penghasilan kaum sebagai pajak. Hidupnya tanpa gejolak. Kekayaannya melimpah.

Bagaimanapun, dia sangat membenci Rasulullah SAW, padahal belum pernah sekalipun bertemu dengan pembawa risalah Islam itu.

Baca Juga

Adi semakin gelisah setelah mendengar kabar pengaruh Rasulullah semakin kuat di jazirah Arabia. Beberapa kepala suku sudah memeluk Islam dan bergabung dengan Madinah. Adi khawatir, kedatangan Rasulullah SAW akan mengancam kepemimpinannya.

Pada suatu hari, hamba sahayanya melaporkan bahwa dia melihat bendera tentara Muhammad di sekeliling perkampungan mereka. Dengan tergesa-gesa, Adi mengumpulkan keluarganya dan segera lari meninggalkan Thai menuju utara, Syam. Namun, saudara perempuannya tertinggal. Dia tidak berani kembali. Dia hanya bisa berharap saudara perempuannya dapat menyusul.

Harapannya terpenuhi. Saudara perempuannya muncul bersama rombongan yang baru datang dari Madinah, sambil marah-marah.

"Engkau tinggalkan kami. Engkau zalim. Istri dan anak-anakmu engkau bawa, tetapi saudara perempuanmu dan yang lainnya engkau tinggalkan," kata dia.

Adi berusaha menenangkan kemarahan saudara perempuannya itu. Setelah itu, perempuan tadi pun bercerita akan kemuliaan Nabi Muhammad.

"Setelah negeri kita diserang, aku dan berapa penduduk lain dibawa ke Madinah," tutur saudara perempuan Adi itu.

"Di sana kami ditawan di dekat masjid. Ketika Rasulullah lewat aku menyapanya. Wahai Rasulullah. Bapakku telah tiada, yang menjaminku telah lenyap. Maka, limpahkanlah karunia yang dikaruniakan Allah kepada Anda."

Rasulullah bertanya, "Siapa yang menjamin engkau?"

Aku menjawab, "Adi bin Hatim."

Rasulullah pun berkata, "Dia lari dari Allah dan Rasul-Nya."

Kemudian, Rasul SAW berlalu. Besoknya, terjadi lagi dialog yang sama.

"Pada hari ketiga," tutur saudari Adi itu, "Rasulullah lewat tetapi aku tidak menyapa beliau lagi, sampai seorang laki-laki--yang kemudian kuketahui adalah Ali bin Abi Thalib--memberi isyarat kepadaku agar menyapa beliau.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement