REPUBLIKA.CO.ID, WYOMING -- Pakar menilai proyek-proyek penyerapan dan penyimpanan karbon (CCS) di Amerika Serikat (AS) tidak akan sepenuhnya terhenti selama pemerintahan kedua Presiden Donald Trump. Teknologi CCS menyerap karbon dari pembangkit listrik dan pabrik ke dalam tanah.
Teknologi ini dianggap membantu memperkecil jumlah emisi yang dilepaskan ke atmosfer hingga menjadi bagian dari upaya mitigasi pemanasan global. Trump yang skeptis dengan perubahan iklim menarik AS dari Perjanjian Paris dan mendorong ekspansi pertambangan minyak dan gas.
Menteri Energi AS Chris Wright juga menegaskan akan memprioritaskan ekspansi minyak dan gas dibanding mengejar target nol emisi. Namun, peneliti energi dan sumber daya perusahaan penelitian Wood Mackenzie, Rohan Dighe mengatakan proyek-proyek CSS yang sudah ada tidak akan benar-benar lenyap.
Ia mengatakan CCS mendapat dana sebesar 12 miliar dolar AS selama pemerintahan Joe Biden melalui peningkatan insentif pajak dan pendanaan melalui Undang-undang Pengurangan Inflasi dan Undang-undang Infrastruktur Bipartisan.
Menurut Dighe, dengan banyaknya proyek yang tersebar di seluruh negeri, termasuk puluhan proyek di negara-negara bagian yang dikuasai Partai Republik, mungkin hanya ada sedikit keinginan memasukkan proyek-proyek tersebut ke dalam pemotongan anggaran. Tetapi turunnya investasi pada proyek-proyek lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) dapat mempengaruhi momentum bagi penyerapan karbon.
“Jadi, bahkan tanpa adanya pengurangan pendanaan dari pemerintah, kita dapat melihat lebih sedikit pengumuman dan pergerakan proyek karena minat yang lebih rendah dalam dekarbonisasi,” kata Dighe dalam pernyataan tertulisnya, Ahad (9/2/2025).
CCS memisahkan karbon dioksida dari emisi pembangkit listrik dan fasilitas industri lainnya kemudian memompanya ke dalam tanah. Tujuannya untuk disimpan secara permanen agar tidak berkontribusi pada perubahan iklim atau untuk memperlicin kilang minyak agar lebih mudah dipompa sehingga meningkatkan produksi.
Negara-negara bagian yang dikuasai Partai Republik termasuk Wyoming mendukung proyek-proyek CSS. Di negara bagian itu ExxonMobil memiliki pabrik yang memisahkan karbon dioksida dari sumur gas asam untuk digunakan di kilang minyak yang sudah tua dan proyek lain yang bereksperimen dengan menempatkan pembangkit listrik karbon dioksida di bawah tanah.
Pada tahun 2021, Gubernur Wyoming Mark Gordon dari Partai Republik berjanji menjadikan negara bagian yang jarang penduduknya ini yang mengekspor energi 12 kali lebih banyak daripada yang dikonsumsinya tidak hanya netral karbon, tetapi juga "negatif karbon."
CCS menjadi bagian penting dalam rencana tersebut. Pada tahun 2020, Wyoming, yang menyumbangkan puluhan juta dolar AS untuk fasilitas penelitian penangkapan karbon di pembangkit listrik yang sedang beroperasi, menjadi salah satu negara bagian pertama yang mengatur injeksi karbon dioksida bawah tanah. Daftar tersebut sekarang juga mencakup Louisiana, North Dakota dan West Virginia.
Namun, ada juga keraguan yang berkembang di Wyoming, negara bagian yang merupakan produsen batu bara terbesar di Amerika Serikat. Dengan Trump kembali menjabat, beberapa pihak mempertanyakan perlunya target gas rumah kaca.
Seorang anggota parlemen negara bagian baru-baru ini mengusulkan undang-undang berjudul “Make Carbon Dioxide Great Again” yang akan menghambat penangkapan karbon termasuk undang-undang negara bagian tahun 2020 yang mewajibkan perusahaan listrik mempelajari berapa biaya yang dibutuhkan untuk memasang pembangkit listrik berbahan bakar fosil di negara bagian tersebut. Namun, tidak ada anggota parlemen lain yang mendukung rancangan undang-undang tersebut.