REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaeman menyampaikan terjadinya kesepakatan melibatkan sejumlah stakeholder pangan, di kantornya, di Jakarta, pada Senin (10/2/2025). Ini demi memastikan kelancaran penyerapan gabah di lapangan, yang ditargetkan menembus 3 juta ton hingga April 2025.
Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras (Perpadi) dilibatkan dalam target tersebut. Dari kesepakatan ini, pihak swasta bakal menyerap 2,1 juta ton. Sisanya, Bulog langsung menyerap ke petani, sebanyak 900 ribu ton.
"Kita sudah sepakati dengan seluruh penggilingan se-Indonesia. Alhamdulillah, nanti target kita adalah 3 juta ton. Jadi ini sudah 60 persen komitmen kita ditandatangani bersama," kata Amran, di kantor Pusat Kementan.
Baik Bulog maupun swasta, diwajibkan membeli gabah kering panen (GKP) di petani, sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) Rp 6.500 per kilogram (Kg). Terkait hal ini, kepolisian iku membantu pengawasan di lapangan.
"Kesepakatan kita, Rp 6.500 diserap bukan saja Bulog, tapi semua pihak. Supaya apa? Nilai Tukar Petani (NTP) jangan jatuh. Kesejahteraan petani terjaga," ujar Amran, mempertegas.
Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso turut menjelaskan apa yang disepakati. Ia menegaskan, pihaknya siap menjalankan kesepakatan tersebut. Ia memahami bukan tugas mudah menyerap 2,1 juta ton selama panen raya.
Ada saja, hal-hal yang menjadi tantangan. Dimulai dari cuaca, dan faktor teknis lainnya. Namun, itu tidak menghalangi proses di lapangan. "Kita sudah sepakat dengan Bulog, dengan Kementerian Pertanian, setiap ada persoalan kita selesaikan, kan nggak mungkin dong, nggak ada persoalan," ujar Sutarto.
Ia mencontohkan, di musim panen, terkadang ada petani yang bergerak lebih cepat, sebelum bulir padinya matang. Pun ada yang lebih lambat memanennya. Keadaan demikian, memengaruhi kualitas gabah.
Namun karena HPP sudah ditetapkan, maka semua wajib menyerap sesuai yang diminta. Terkait hal itu, menurut Sutarto, pendampingan kepada petani, baik oleh pemerintah, maupun swasta, sangat penting.
"Ya, solusinya, kita sama-sama berdampingan ke lapangan, menerjemahkan secara detail dimana, kapan, berapa, pemasukan itu. Kemudian kita akan melihat potensi-potensi yang besar itu dimana, itu kita harus tahu persis, dan itu yang kesepakatan kita dengan Bulog dan Kementerian Pertanian. Kita akan memonitor bersama-sama seperti itu," tutur Ketua Umum Perpadi.
Lalu mengenai target penyerapan, saat ini pihaknya sudah bergerak. Sutarto mencontohkan di Nusa Tenggara Barat, ada gudang yang telah menampung 500 ton gabah dari petani. Ia tak bisa memastikan data harian, karena sangat dinamis.
"Tapi intinya teman-teman di lapangan sudah bergerak, daerah-daerah sentral produksi itu mulai masuk, karena sudah mulai panen," ujar Sutarto.
Sejauh ini, Perum Bulog telah menyerap 45 ribu ton. Menurut Sutarto, bisa saja sebagian serapan dari Perpadi. Namun ia mempersilahkan awak media menanyakan data detailnya ke Bulog.