REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan bergerak volatil pada pekan ini setelah ditutup di level 6.742, melemah -5,16 persen dalam sepekan terakhir. Secara teknikal, IHSG telah breakdown dari MA200 weekly, yang menjadi sinyal bearish.
Namun, sinyal rejection di area support historikal 6.600-6.700 pada Jumat lalu membuka peluang terjadinya rebound jangka pendek. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani, menyebutkan ada tiga sentimen utama yang wajib diperhatikan oleh para trader, yaitu musim dividen, keberlanjutan program Donald Trump, dan inflasi AS.
Dalam kondisi pasar yang normal, investor asing biasanya mulai mencatatkan inflow ke IHSG sejak pertengahan Februari sebagai persiapan momentum pembagian dividen saham-saham big banks pada Maret-April. Namun, hingga pekan lalu, inflow ini belum terlihat.
“Kesimpulannya, jika kita analisa menggunakan probabilitas maka probabilitas investor asing mulai mencatatkan inflow ke IHSG sebesar 50-50. Hal ini juga sekaligus menggambarkan probabilitas pergerakan IHSG ke depannya,” ujar Dimas dalam keterangan tertulis, Senin (10/2/2025).
Selain itu, kebijakan Donald Trump juga menjadi perhatian utama pasar global. Pekan lalu, Trump menunda kenaikan tarif impor dari Meksiko dan Kanada selama satu bulan, namun tetap menerapkan tarif impor terhadap China. Langkah ini memicu reaksi dari China yang meningkatkan tarif impor terhadap barang-barang dari AS.
“Pada Jumat lalu, menurut laporan dari kantor kepresidenan AS, dinyatakan Donald Trump akan segera mengumumkan kebijakan ‘reciprocal tariff’ pada minggu ini. Apabila sesuai dengan laporan tersebut maka besar kemungkinan market mengalami volatilitas yang besar baik menjelang, saat, ataupun sesudah pengumuman tersebut,” jelas Dimas.
Sentimen lainnya adalah data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu. Berdasarkan konsensus, inflasi tahunan AS diproyeksikan berada di level 2,9 persen, sama seperti bulan sebelumnya. Jika tren kenaikan inflasi terus berlanjut, hal ini dapat memengaruhi kebijakan suku bunga The Fed.
“Jika kita lihat tren dalam 4 bulan terakhir, inflasi AS konsisten mengalami kenaikan dan menjauhi target inflasi dari The Fed yaitu sebesar 2 persen. Apabila inflasi terus mengalami kenaikan, maka membuka peluang bagi The Fed untuk justru meningkatkan suku bunga acuannya, dan hal ini tidak sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar di mana sebelumnya pelaku pasar berekspektasi suku bunga The Fed turun di sepanjang 2025 ini,” jelas Dimas.
Dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang masih penuh ketidakpastian, Indo Premier Sekuritas merekomendasikan beberapa saham pilihan untuk pekan ini. Salah satu saham yang menjadi sorotan adalah Bank Mandiri (BMRI), yang dinilai memiliki potensi kenaikan seiring dengan masuknya musim dividen. Saham BMRI direkomendasikan untuk dibeli dengan target harga 5.450 dari harga saat ini 5.150, dengan stop loss di level 5.000.
Selain BMRI, saham Petrosea (PTRO) juga masuk dalam rekomendasi dengan strategi buy on pullback. Saham ini berpotensi mengalami mark-up jika IHSG juga menguat, dengan entry di 2.750 dan target harga di 3.200. Sementara itu, saham Gojek Tokopedia (GOTO) yang pekan lalu menjadi penopang sektor teknologi, juga direkomendasikan.
“GOTO memiliki price action yang bagus dengan masih bertahan di atas MA20 di tengah market yang koreksi signifikan. Namun, tidak menutup kemungkinan ketika market keseluruhan turun, GOTO pun ikut turun. Oleh karenanya, tetap disiplin,” jelas Dimas.
Sebagai alternatif, Indo Premier Sekuritas juga merekomendasikan Reksa Dana Saham Premier ETF PEFINDO i-Grade (XIPI). Produk ini memiliki underlying saham perbankan yang berpotensi mengalami mark-up menjelang musim dividen. Dengan volatilitas pasar yang masih tinggi, investor disarankan untuk tetap disiplin dalam eksekusi trading dan menerapkan manajemen risiko yang ketat.