REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berencana melakukan buyback atau pembelian kembali saham. Direktur Utama BRI, Sunarso, menegaskan, langkah ini bertujuan untuk menjaga harga saham serta meningkatkan motivasi pekerja.
"Kami menjaga harga saham, iya pasti. Tapi juga untuk memberikan motivasi kepada pekerja agar lebih giat, lebih profesional, dan menjaga corporate governance yang benar," ujar Sunarso dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal IV Tahun 2024 secara daring di Jakarta, Rabu (12/2/2025).
Sunarso menegaskan, fundamental BRI tetap kuat meskipun ada tekanan di pasar. Ia menilai turunnya harga saham perbankan merupakan faktor eksternal dan bukan karena kinerja perseroan. "Yang bisa kita kendalikan adalah governance, risk management dan memastikan kinerja tetap tangguh. Fundamental kita tetap baik, jadi kita fokus pada hal-hal yang ada dalam kendali kita," ucap Sunarso.
Dengan modal yang kuat dan rasio kecukupan modal (CAR) mencapai 26 persen, Sunarso optimistis BRI dapat terus tumbuh tanpa perlu tambahan modal dalam lima tahun ke depan. "Artinya, berapa pun laba BRI sebenarnya layak untuk dibagi kepada pemegang saham. Tapi tentu tetap kita evaluasi agar sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan perusahaan," jelasnya.
Sunarso memperkirakan, dividend payout ratio BRI tahun ini akan berada di kisaran 80-85 persen, sejalan dengan tahun sebelumnya. Dengan strategi itu, BRI berharap dapat menjaga kepercayaan pasar, memperkuat fundamental perusahaan, serta mendorong pertumbuhan berkelanjutan
Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto menambahkan, buyback bukan karena penurunan harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI), melainkan bagian dari program kepemilikan saham pekerja yang telah berjalan sejak 2015. BRI telah menyiapkan dana Rp 3 triliun dari kas internal untuk aksi ini.
"Program ini bertujuan untuk meningkatkan engagement pekerja terhadap kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, buyback juga memperkuat kepercayaan pemegang saham dan stakeholder terhadap prospek BRI di masa depan," kata Catur.