Rabu 12 Feb 2025 23:14 WIB

Masalah Kesehatan yang Mengintai Masyarakat Indonesia, Yuk Batasi GGL!

Ada beberapa tantangan kesehatan yang dihadapi masyarakat Indonesia.

Health & Nutrition Science Associate Nutrifood Rendy Dijaya Muliadi memberikan pemaparan dalam Nutriclass Academy yang digelar Nutrifood di Bobocabin Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat pada Rabu (12/2/2025).
Foto: Dok. Republika/Qommarria Rostanti
Health & Nutrition Science Associate Nutrifood Rendy Dijaya Muliadi memberikan pemaparan dalam Nutriclass Academy yang digelar Nutrifood di Bobocabin Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat pada Rabu (12/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Indonesia menghadapi berbagai tantangan kesehatan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, penyakit tidak menular (PTM) atau non-communicable diseases (NCDs) menjadi penyebab terbesar dari angka kematian secara global, regional (Asia Tenggara), maupun nasional.

Sebagian besar kematian global (77 persen) terjadi di negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah. Di Indonesia, peralihan penyebab utama kematian dari penyakit infeksi ke PTM terjadi dalam tiga dekade terakhir. Data menunjukkan adanya peningkatan prevalensi diabetes, penyakit kardiovaskular, stroke, hipertensi, serta masalah status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Baca Juga

Health & Nutrition Science Associate Nutrifood Rendy Dijaya Muliadi menjelaskan beberapa tantangan kesehatan yang dihadapi masyarakat Indonesia:

1. Diabetes ancaman yang semakin meningkat

Prevalensi diabetes di Indonesia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Menurut data Riskesdas 2018, International Diabetes Federation (IDF) 2021, dan SKI 2023; satu dari 10 orang Indonesia menderita diabetes. Berdasarkan diagnosa pengukuran gula darah, angka ini meningkat dalam lima tahun terakhir, dari 8,5 persen pada 2018 menjadi 11,7 persen pada 2023.

“Sekarang kita ada di peringkat lima dengan diabetesi terbanyak,” kata Rendy dalam Nutriclass Academy yang digelar di Bobocabin Gunung Mas, Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (12/2/2025):

Yang lebih memprihatinkan adalah fakta bahwa tiga dari empat penderita diabetes di Indonesia tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit ini. Hal ini menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin, terutama untuk mengukur kadar gula darah.

Diabetes tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, tetapi juga di tingkat global. IDF mencatat diabetes merupakan salah satu penyakit tidak menular yang paling banyak diderita di dunia. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih intensif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat dan deteksi dini diabetes.

2. Penyakit kardiovaskular, stroke, dan hipertensi: tren yang berfluktuasi

Data menunjukkan prevalensi penyakit kardiovaskular, stroke, dan hipertensi di Indonesia mengalami penurunan kecil dalam lima tahun terakhir. Pada 2018, prevalensi hipertensi yang diukur oleh dokter adalah 10,9 persen, persemsedangkan pada tahun 2023 angka ini turun menjadi 8,3 persen. Namun, ketika diukur melalui pemeriksaan langsung, prevalensi hipertensi tetap stabil di angka 8,4 persen pada 2018 dan 8,6 persen pada 2023.

Rendy mengatakan meskipun terjadi penurunan kecil, penyakit kardiovaskular dan stroke tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Faktor risiko seperti pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok masih banyak ditemui di masyarakat. Oleh karena itu, upaya pencegahan melalui edukasi dan promosi gaya hidup sehat perlu terus ditingkatkan.

3. Peningkatan kasus kegemukan dan obesitas

Status gizi masyarakat Indonesia berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) juga menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Dalam lima tahun terakhir, kasus kelebihan berat badan (overweight), obesitas, dan obesitas sentral mengalami peningkatan.

Pada 2018, prevalensi overweight adalah 13,6 persen sedangkan pada 2023 angka ini naik menjadi 21,8 persen. Sementara itu, prevalensi obesitas meningkat dari 36,8 persen pada 2018 menjadi 55,3 persen pada 2023.

Dia menyebut obesitas sentral, yang diukur berdasarkan lingkar pinggang (>90 cm untuk pria dan >80 cm untuk wanita), juga menunjukkan peningkatan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak orang Indonesia yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung.

4. Kebiasaan makan buruk

Rendy mengatakan, satu dari tiga orang Indonesia mengonsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) seperti makanan gorengan) setidaknya sekali sehari. Hampir satu dari dua orang Indonesia juga mengonsumsi minuman manis, gula, sirup, atau makanan manis setidaknya sekali sehari.

“Selain itu, 96,7 persen penduduk Indonesia berusia 5 tahun ke atas tidak mengonsumsi buah dan sayuran dalam jumlah yang cukup,” ujarnya.

Di sisi lain, satu dari tiga orang Indonesia berusia 10 tahun ke atas dianggap memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah. Data ini mengindikasikan perlunya peningkatan kesadaran akan pentingnya pola makan seimbang dan aktivitas fisik yang cukup untuk menjaga kesehatan masyarakat.

Tingkatkan literasi lewat Nutriclass Academy

Nutrifood, melalui program Nutriclass Academy BatasiGGL, menghadirkan inisiatif yang dirancang melibatkan media dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL). Program ini mengajak media, terutama yang aktif mengulas berita-berita kesehatan, dengan memberikan pelatihan literasi pembatasan GGL.

“Kampanye untuk membatasi GGL sudah dimulai dari 11 tahun lalu. Namun setelah pandemi Covid-19, angka diabetes naik. Tiap tahun kami rutin mengadakan workshop untuk teman-teman media,” kata PR Manager Nutrifood Arninta Puspitasari.

Head of Media Digital Business Nutrifood Fransiska Elvina mengatakan Nutrifood

percaya bahwa media meruoakan garda terdepan untuk menyampaikan informasi. “Di tengah banyaknya hoaks kesehatan, kami berharap media dapat memberikan info akurat soal GGL,” ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement