Kamis 13 Feb 2025 15:45 WIB

Istana Sebut Beberapa Kantor Pemerintah Keliru Tafsirkan Efisiensi Anggaran

Presiden Prabowo sangat detail dalam menetapkan kebijakan efisiensi anggaran.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Kepala Kantor Komunikasi Presiden (PCO) Hasan Nasbi di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (7/2/2025).
Foto: Republika.co.id
Kepala Kantor Komunikasi Presiden (PCO) Hasan Nasbi di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (7/2/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi menyebut, beberapa kantor pemerintah keliru menafsirkan instruksi efisiensi anggaran dari Presiden Prabowo Subianto. Hal itu sebagaimana ditetapkan dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja APBN dan APBD 2025.

Walaupun demikian, Hasan tidak menyebutkan nama-nama kementerian/lembaga yang dinilai keliru memahami perintah efisiensi dari Presiden. "Beberapa institusi ada salah menafsirkan Inpres. Mereka tidak mengorbankan belanja lemak, tetapi mengorbankan layanan dasar. Itu salah tafsir," kata Hasan di Jakarta, Kamis (13/2/2025).

Baca Juga

Hasan menjelaskan, 'belanja lemak' yang dimaksud merujuk kepada pos-pos belanja yang tidak substansial dan cenderung pemborosan. Di antaranya, pembelian alat tulis kantor (ATK), kegiatan seremonial, kajian dan analisis, perjalanan dinas, kemudian perjalanan dinas.

"Clear (jelas) pesan Presiden bahwa yang diefisiensikan yang tidak punya impact (dampak) yang besar terhadap masyarakat," kata Hasan.

Dalam kesempatan yang sama, Hasan menyebut, Presiden Prabowo sangat detail dalam menetapkan kebijakan efisiensi. Hal itu karena Presiden Prabowo secara langsung memeriksa satuan-satuan belanja APBN.

"Istilahnya itu God is in the details, dari memperhatikan hal-hal kecil dapat dihasilkan sesuatu yang besar. Presiden memeriksa secara detail satuan-satuan belanja dalam APBN bahkan sambil bercanda bilang beliau memeriksanya sampai satuan kesembilan. Jadi, sangat detail dan kemudian ditemukan lemak-lemak dalam APBN kita," kata Hasan.

Kebijakan efisiensi anggaran, Hasan meyakini, merupakan untuk kebaikan bersama jika diterapkan. Pasalnya, anggaran yang dihemat dapat membiayai program-program pemerintah yang berdampak kepada kesejahteraan masyarakat.

Hasan menganalogikan, kebijakan itu dengan cerita seseorang yang menyisihkan satu dari tiga genggam beras setiap harinya. Bagi Hasan, satu genggam beras yang disisihkan itu tidak mengurangi jatah yang dimakan sehari-hari. Bahkan, cara itu dapat mencegah adanya beras dimasak berlebih dan tidak termakan, kemudian tersisa hingga akhirnya basi.

Dalam kurun waktu tertentu, segenggam beras yang disisihkan per harinya bertambah dan terkumpul banyak. Sehingga orang-orang di sekitar dapat ikut menerima manfaat dari beras tersebut.

"Segenggam beras dimasukkan ke gentong selama 10 hari. Itu bisa buat memberi makan tetangga yang tidak bisa makan, atau bisa kita makan ketika beras kita betul-betul habis," ucap Hasan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement