Jumat 14 Feb 2025 18:35 WIB

Efisiensi Anggaran Jelang Ramadhan, Bagaimana Dampaknya ke Konsumsi Rumah Tangga?

Hal ini berpotensi mendorong kenaikan inflasi pada kuartal kedua tahun 2025.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pengunjung memadati pusat perbelanjaan pakaian Pasar Baru, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (4/4/2024).
Foto: Edi Yusuf/Republika
Pengunjung memadati pusat perbelanjaan pakaian Pasar Baru, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (4/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Beberapa pekan lagi bulan Ramadhan akan tiba, momen yang identik dengan meningkatnya aktivitas ibadah dan konsumsi masyarakat. Seiring berjalannya bulan suci, persiapan menuju perayaan Lebaran pun mulai terlihat, dengan tren belanja yang diperkirakan melonjak signifikan.

Tradisi belanja masyarakat pada periode ini menjadi salah satu faktor utama yang menggerakkan perekonomian nasional, meskipun tantangan seperti pemotongan anggaran dan inflasi tetap membayangi. Kenaikan belanja rumah tangga terutama terlihat dalam sektor makanan, pakaian, dan transportasi.

Baca Juga

Hal ini berpotensi mendorong kenaikan inflasi pada kuartal kedua tahun 2025. Selain itu, peningkatan permintaan terhadap bahan pokok juga dapat menyebabkan fluktuasi harga di pasar.

"Lebaran selalu menjadi pendorong utama ekonomi Indonesia dengan lonjakan konsumsi yang signifikan. Namun, efek ini mungkin tertahan oleh kebijakan pemotongan anggaran pemerintah yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat di segmen tertentu,” ujar Senior Economist DBS Bank, Radhika Rao dalam keterangannya, Jumat (14/2/2025).

Selain itu, pemotongan subsidi listrik yang diberlakukan setelah Februari 2025 diperkirakan akan berdampak pada daya beli masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, program bantuan sosial yang tetap berjalan diharapkan dapat meredam dampak negatif dari kebijakan tersebut.

Dengan latar belakang ini, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang lebih akomodatif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. "Kami memperkirakan akan ada pemotongan suku bunga lebih lanjut hingga 50 basis poin sepanjang 2025 untuk menjaga momentum pertumbuhan," tambah Radhika Rao.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement