REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri China menjawab soal harapan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengusulkan pengurangan jumlah senjata nuklir maupun anggaran pertahanan AS, Rusia dan China.
"China mengikuti kebijakan 'tidak menggunakan senjata nuklir lebih dahulu' dan strategi nuklir untuk pertahanan diri. China selalu menjaga kekuatan nuklirnya pada tingkat minimum yang dipersyaratkan oleh keamanan nasional dan tidak pernah terlibat dalam perlombaan senjata dengan siapa pun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing pada Jumat (14/2).
Presiden AS Donald Trump pada Kamis (13/2) mengatakan bahwa ia ingin memulai kembali perundingan pengendalian senjata nuklir dengan Rusia dan China dan berharap ketiga pemimpin negara tersebut dapat sepakat untuk memangkas anggaran pertahanan mereka yang sangat besar hingga setengahnya.
Trump menyesalkan ratusan miliar dolar AS yang digunakan untuk membangun kembali persenjataan nuklir di AS dan mengatakan bahwa ia berharap untuk mendapatkan komitmen dari musuh-musuh AS agar juga memangkas pengeluaran senjata nuklir mereka.
"China siap bekerja sama dengan semua pihak untuk secara tegas mendukung rezim pengendalian senjata multilateral dengan PBB sebagai intinya dan berkontribusi pada perdamaian dan keamanan dunia," ungkap Guo Jiakun.
Guo Jiakun menyebut AS dan Rusia bersama-sama memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir dunia.