REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika menggelar program World Action for Kindness and Awareness bertajuk "Berdaya Bersama" di Pondok Pesantren (Ponpes) Ainul Yakin pada 14-16 Februari 2025. Program ini merupakan inisiatif kolaboratif yang bertujuan memberikan akses sosial melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan, dan pendidikan bagi komunitas rentan.
Program ini bertujuan memberikan akses sosial melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan, dan pendidikan. Pesantren yang berdiri sejak 2012 ini memiliki ciri khas unik karena menjadi rumah bagi santri Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), dan Orang Dengan Penyakit Sosial (ODPS).
Rangkaian kegiatan tiga hari yang diselenggarakan PPI ini dimulai pada Jumat (14/2/2025) dengan agenda pembukaan dan medical check-up, dilanjutkan dengan kegiatan Baca Tulis Quran (BTQ), tausiah, dan storytelling. Pada hari kedua, Sabtu (15/2/2025) peserta mengikuti senam pagi, games, dan pembagian susu UHT, medical check up lanjutan, serta pelatihan soft skill media yang diakhiri dengan nonton bareng.
Pada hari terakhir, Ahad (16/2/2025), kegiatan akan diisi dengan jalan sehat, BTQ, pembagian sembako, dan ditutup dengan pemberian kenang-kenangan bersama partnership serta foto bersama. Seluruh rangkaian kegiatan akan dilaksanakan di kompleks Ponpes Ainul Yakin, Gunung Kidul.
"Kami fokus pada bagaimana mengembalikan fitrah manusia. Banyak anak-anak atau remaja yang tidak bisa diterima di keluarga, masyarakat, dan sekolah karena kekurangannya," ujar pendiri Ponpes Ainul Yakin, Muhidin Isma Almatin, kepada Republika.
Ia menambahkan, pihaknya sangat bersyukur atas kepedulian dan dukungan dari para relawan yang datang dari berbagai daerah.
"Ini adalah wujud nyata dari solidaritas dan kepedulian terhadap sesama, khususnya bagi anak-anak yang membutuhkan perhatian lebih," kata Isma menambahkan.
Isma, yang berlatar belakang psikolog terapis, menerapkan konsep set spiritual akliyah untuk membantu para santri mengenal diri, mengamalkan agama, dan menggunakan pikiran secara tepat.
"50 persen santri di sini berbayar, 50 persen gratis. Kami bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk kepolisian dan Pusat Pelayanan Perempuan dan Anak," ujar Isma.
Ponpes Ainul Yakin menjalankan sistem asesmen observasi selama 40 hari untuk setiap santri baru dan bekerja sama dengan Rumah Sakit Grhasia serta puskesmas setempat untuk penanganan medis bila diperlukan.
Rangkaian acara ditutup dengan sesi foto bersama serta penyerahan sertifikat kepada para relawan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka. Kegiatan diakhiri dengan tausiyah sore yang disampaikan oleh pimpinan pondok kepada para santri dan relawan, menegaskan kembali nilai-nilai kebersamaan, kepedulian, dan pentingnya menjaga kesehatan.
“Kami hadir di sini dengan tujuan untuk memberikan bantuan dan mendukung kebutuhan para santri, baik dari segi kesehatan, pendidikan, maupun motivasi sosial,” ungkap Koordinator Aksi Sosial PPIDK Timur Tengah dan Afrika, Arya Kuniantoro.