REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menemukan inovasi lingkungan oleh komunitas lokal sangat terpengaruh dengan peran institusi agama dan inisiator lokal selain jaringan partisipasi warga yang kuat.
Koordinator Riset PPIM UIN Jakarta Testriono dalam paparan di Jakarta, Selasa, menjelaskan bahwa pihaknya melakukan kajian di 16 desa yang berada di 7 provinsi untuk dapat menjelaskan fenomena mengapa sebagian komunitas Muslim mengembangkan inovasi lingkungan atau disebutnya sebagai "green Muslim" di akar rumput, tapi sebagian lainnya tidak.
Dia menjelaskan bahwa faktor pertama yang sangat penting untuk menciptakan inovasi lingkungan adalah partisipasi warga yang kuat sebagai tercermin dalam keterlibatan masyarakat dalam organisasi atau perkumpulan sosial.
"Yang kedua menjadi kunci adalah institusi agama. Yang di sini kami jelaskan sebagai framing atau penggunaan ajaran agama dalam konteks lingkungan. Kemudian tokoh agama, para tokoh agama yang menjadi kunci, tokoh agama yang sadar lingkungan atau yang menceramahkan atau mendakwahkan isu-isu lingkungan dalam ceramahnya, dan lembaga agama," jelasnya.
Dalam risetnya, tim PPIM menemukan di lapangan keterlibatan santri, madrasah dan masjid yang menjadi kunci pengembangan inovasi lingkungan di masyarakat lokal.
Dia memberikan contoh seperti Desa Sangurejo, D.I. Yogyakarta, di mana terdapat partisipasi aktif dari PKK, majelis taklim dan kelompok remaja yang melaksanakan sejumlah inovasi seperti sumur biopori, pengelolaan sampah lewat gerakan sedekah sampah sampai penempatan beberapa lampu panel surya.