Senin 17 Feb 2025 17:25 WIB

Tips Menghafal Alquran dari Imam Masjid Nabawi

Muslim yang menghafalkan Alquran mesti punya tujuan ridha Allah.

Alquran
Foto: dok wiki
Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah menjamin bahwa Alquran mudah dihafal. Menjadi seorang penghafal Alquran atau hafiz pun adalah dambaan banyak orang Islam.

وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِنۡ مُّدَّكِرٍ

Baca Juga

"Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" (QS al-Qamar: 17).

Ada banyak keutamaan yang dapat diraih seorang hafiz, baik di dunia maupun akhirat. Allah menetapkan bahwa Dia akan meninggikan derajat mereka yang hafal Alquran dibanding para hamba-Nya yang lain.

Syekh Sa'ad al-Ghamidi memberikan lima tips yang harus diperhatikan bagi penghafal Alquran. Tips tersebut harus diperhatikan, khususnya bagi orang yang sama sekali tak bisa berbahasa Arab.

Pertama, kata ulama Arab Saudi yang pernah jadi imam Masjid Nabawi itu, seseorang harus mempunyai tujuan yang jelas. Dalam hal ini, tujuan yang luhur adalah meraih ridha Allah SWT.

Kedua, ujar Sa'ad, harus ada lembaga yang menyelenggarakan program menghafal Alquran. Fungsinya adalah mengoordinasi mereka yang ingin menghafal Alquran agar nantinya para calon hafiz ini tidak patah arang dan berhenti di tengah jalan.

Lembaga-lembaga yang dimaksud dapat berupa majelis ilmu, pengajian, atau sekolah. Ini dipimpin atau dipandu seorang ulama atau guru.

Ketiga, seorang calon hafiz harus menerapkan metode yang digunakan dan tak asal begitu saja. Jika memang ingin sungguh-sungguh, maka mesti ada metode yang dipakai dengan tolok ukur yang jelas.

"Metode yang digunakan harus efektif dan bisa digunakan bagi seluruh kalangan. Sebab, kemampuan masing-masing orang dalam menghafal berbeda-beda. Ada yang bisa menghafal satu halaman per hari, namun ada juga yang hanya bisa menghafal satu ayat saja per hari," jelas sang syekh, seperti dilansir Pusat Data Republika.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Keempat, harus ada guru (mu’allim) yang menjadi rujukan dan mempunyai kemampuan membaca Alquran dengan baik dan benar. Sosok mu’allim ini pun mesti dipastikan.

Apakah bacaannya fasih? Apakah hafalan Alqurannya juga baik? Apakah ia bisa menjadi teladan (qudwah), baik dari segi kepribadian dan akhlaknya, dalam kehidupan sehari-hari?

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement