REPUBLIKA.CO.ID, Sejarawan Merle Calvin Ricklefs dalam buku Sejarah Indonesia Modern menjelaskan bahwa dapat dipastikan Islam sudah ada di negara bahari Asia Tenggara sejak awal Islam masuk ke Nusantara.
Pada era Khalifah ketiga yakni Utsman bin Affan Radhyalahu anhu (tahun 644-656 M), utusan-utusan Muslim dari Tanah Arab mulai tiba di istana China. Pada abad ke-9 sudah ada ribuan pedagang Muslim di Kanton, sebuah wilayah di China. Kontak antara China dan dunia Islam itu terpelihara terutama lewat jalur laut melalui perairan Indonesia. Artinya, Muslim dari dunia Arab melewati perairan Indonesia untuk tiba di China.
Karena itu, tidak aneh jika umat Islam tampak memainkan peran penting dalam urusan negara-perdagangan yang besar di Sumatra yang beragama Buddha yakni Kerajaan Sriwijaya yang didirikan pada pada akhir abad ke-7.
Sriwijaya adalah kerajaan yang berdiri di Pulau Sumatra pada abad ke-7. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi.
MC Ricklefs menuliskan di dalam bukunya bahwa antara tahun 904 M dan pertengahan abad ke-12, orang-orang yang menjadi utusan dari Kerajaan Sriwijaya ke istana China memiliki nama Arab.
Pada tahun 1282, raja Samudera di Sumatera bagian utara mengirim dua utusan bernama Arab ke China. Sayangnya, kehadiran para Muslim dari luar di kawasan Indonesia tidak menunjukkan bahwa negara-negara Islam lokal telah berdiri, tidak juga menunjukan bahwa telah terjadi perpindahan agama dari penduduk lokal dalam tingkat yang cukup besar.
Mengenai penyebaran Islam, dalam pandangan MC Ricklefs, salah satu proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, tapi juga yang paling tidak jelas informasinya. Tampaknya, para pedagang Muslim sudah ada di sebagian wilayah Indonesia selama beberapa abad sebelum Islam menjadi agama yang mapan dalam masyarakat-masyarakat lokal Nusantara.