Rabu 19 Feb 2025 21:57 WIB

Masyarakat Diajak Jalani Bulan Ramadhan Ramah Lingkungan

Ramadhan merupakan momen penting bagi umat muslim.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Puasa Ramadhan (ilustrasi). Menjalankan puasa tidak hanya soal mempersiapkan mental dan spiritual, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh
Foto: www.freepik.com
Puasa Ramadhan (ilustrasi). Menjalankan puasa tidak hanya soal mempersiapkan mental dan spiritual, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ramadhan merupakan momen penting bagi umat muslim untuk menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dalam efisiensi dan transisi menuju sumber energi yang terbarukan.

"Kita perlu segera mewujudkan kemandirian energi, mengingat saat ini sebagian besar energi kita masih bergantung pada impor. Padahal Indonesia dianugerahi Tuhan dengan kekayaan energi, mulai energi air, panas bumi, laut, matahari, hingga angin," kata Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan Direktur Eksekutif  Muhammadiyah Climate Center, Agus S. Djamil, di diskusi ‘Menjalani Ibadah Energi dengan Energi Berkelanjutan’, Rabu (19/2/2025).

Baca Juga

Diskusi yang digelar Suara Muhammadiyah, Greenfaith Indonesia, MOSAIC, 1000Cahaya, dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, ini fokus pada peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya energi bersih dalam perspektif Islam. Selain itu juga mendorong, masyarakat menjalani praktik ibadah Ramadan yang lebih ramah lingkungan. 

"Saya merasa bahagia karena transisi energi kini menjadi isu yang diperbincangkan tidak hanya dalam lingkup akademik, tetapi juga dalam konteks agama," kata Agus.

Agus juga menekankan pentingnya mewujudkan kemandirian energi menggunakan  sumber energi terbarukan yang melimpah. Beberapa contoh yang disebutkan adalah memanfaatkan sungai untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), serta potensi panas bumi dan energi laut.

Ia menambahkan sumber energi berkelanjutan juga harus mempertimbangkan biaya Levelized Cost of Electricity (LCOE) yang rendah dan pengembalian investasi energi yang optimal.

Dalam acara ini, juga disosialisasikan Buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan, yang melalui proses penulisan inklusif dari tahap diskusi hingga penulisan, melibatkan masyarakat yang terdampak. Buku ini diharapkan dapat menjadi landasan kerja bersama umat Islam dalam mendukung ambisi transisi energi Indonesia.

Qaem Aulassyahied dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, yang juga salah satu penulis buku tersebut, menekankan adanya disparitas ekonomi dalam energi. Sehingga penggunaan dan pemanfaatan sumber daya menjadi tidak seimbang.

Menurutnya, salah satu persoalan penting adalah kepemilikan dan bagaimana kita mengatur penggunaannya untuk kesejahteraan bersama. “Keserakahan dan kejahatan struktural dapat merusak sistem perekonomian, termasuk energi.

"Maka wujud konservasi energi yang bisa kita lakukan yaitu melakukan penghematan energi dan mengupayakan pencarian energi alternatif,” kata Qaem.

Diskusi ini juga membahas berbagai upaya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan energi yang lebih bijak di tingkat rumah tangga melalui praktik penghematan energi sehari-hari. Salah satunya dari pihak pemerintah.

Pokja Bimbingan Teknis Konservasi Energi dari Dirjen EBTKE, Kementerian ESDM, Eko Sudarmawan, mengatakan pemerintah sudah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penghematan energi.

"Di salah satu area di Jakarta, kami berhasil mendorong pengurangan tagihan listrik di hingga 75 persen rumah tangga dalam waktu 3 bulan saja, melalui langkah-langkah sederhana yang dapat diterapkan sehari-hari," kata Eko.

Eko lebih lanjut menjelaskan rata-rata di rumah tangga, penggunaan AC menyumbang 50-60 persen konsumsi listrik. Selain itu, dengan tata pencahayaan yang lebih banyak memanfaatkan cahaya matahari di siang hari, masyarakat dapat mengurangi tagihan listrik hingga 15 persen.

Penggunaan lampu LED juga direkomendasikan sebagai alternatif yang lebih hemat energi. 

Koordinator Nasional Greenfaith Indonesia, Hening Parlan menambahkan bulan Ramadan adalah waktu yang penuh berkah dan introspeksi. Ia mengatakan bila  tidak bijak dalam mengelola energi, justru memperbanyak pemborosan.

"Saya mengajak semua untuk 'puasa energi'—di rumah dan di masjid. Mari kita matikan lampu saat tidak digunakan, terutama saat kita beribadah, untuk mengurangi konsumsi energi," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement